"Ray!"
Dari kejauhan, Risya melambaikan tangannya pada Rayyan yang duduk di depan sekre kabinet. Perempuan itu tersenyum sumringah sembari berlari kecil ketika mendapati Rayyan membalas senyumnya.
"Hai! Sorry bangeeet chatmu nggak aku bales, tadi aku cepet-cepet ngeluarin motor. Kamu udah makan belum? Makan yuk, Ray! Nanti aku yang—" Risya sontak berhenti bicara ketika teman-teman Rayyan yang duduk melingkari meja menatapnya. Kemudian ditatapnya Rayyan yang hanya tersenyum penuh pengertian. Membuat Risya merasa bersalah karena gegabah menemui Rayyan tanpa memastikan laki-laki itu sedang sibuk atau tidak.
"Eh, bentar, ini lagi rapat, ya? Aku—"
"Iya, kita lagi rapat dan lo ganggu, Ris," ujar Faiza dengan nada suara yang terlampau sinis. "Bisa nggak lo, nggak teriak-teriak ganjen tanpa merhatiin Ray lagi apa? Nggak bisa lo tanya dulu?"
"Za, udah, nggak usah marah-marah." Sella memperingati dengan suara kalem, kemudian menoleh pada Risya dan tersenyum pada teman Rayyan itu. Seolah memberi tahu bahwa kedatangan Risya ditengah rapat bukan masalah besar. Namun tampaknya Faiza—perempuan yang naksir berat pada Rayyan—terlanjur emosi dan malah menatap Risya dengan sengit.
"Lain kali lo ngertiin Ray. Nggak usah manja. Heran gue, nggak lihat kita lagi rapat apa?" Faiza bersuara lagi. Kini dengan nada suara yang meninggi.
Menyadari suasana yang tidak kondusif, Rayyan akhirnya beranjak dan merangkul Risya. Perempuan dengan wajah pias itu akan meminta maaf ketika Rayyan lebih dulu menyela.
"Maaf banget, Guys. Risya nggak tau kalau kita lagi rapat, dan gue yang minta dia kesini. Boleh gue minta skorsing waktu lima menit? Abis itu gue balik lagi kesini."
Risya menggeleng dan melepaskan lengan Rayyan pada bahunya. Perempuan itu kemudian meletakkan tas plastik berukuran sedang berisi beberapa kotak susu dan teh botol di atas meja sebagai permintaan maaf. Meski awalnya minuman-minuman tersebut akan ia berikan pada temannya yang berada di sekre.
"Aduh, maaf banget ya. Gue yang salah dan—"
Derian, teman satu jurusan Alan yang mengenalnya, menyela. "Nggak masalah, Ris. Faiza lagi PMS kayaknya, dari tadi ngomel mulu. Kita juga lagi rapat santai kok. Ya nggak, Ray?"
Rayyan terkekeh, sebelum akhirnya mengangguk. Namun ketika ia kembali menatap Risya, perempuan itu masih terlihat takut dan tidak nyaman.
"Kamu tunggu di sekre LPM dulu, ya? I'll be there soon," ujar Rayyan pelan.
Tangannya mengusap puncak kepala Risya dengan lembut, yang melahirkan sorakan dari teman-temannya. Membuat Risya hanya mampu mengangguk sebab ia mereka tidak punya muka lagi di depan teman-teman Rayyan.Namun sebelum beranjak, ditatapnya Faiza yang berwajah masam dengan perasaan bersalah.
"Maaf ya, Za. Gue beneran nggak tau. Lanjutin deh rapat, sorry banget udah interupsi rapat kalian."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Intersection ✔
RomanceBagi Risya, Rayyan adalah satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya, lebih daripada siapa pun. Bagi Risya, segala hal lebih mudah dilakukan ketika Rayyan berada disampingnya. Bagi Rayyan, Risya adalah satu dari segelintir orang yang pendapatny...