Intersection - 14

1.4K 184 12
                                    

Jam telah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam ketika Risya menyelesaikan laporan praktikumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam telah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam ketika Risya menyelesaikan laporan praktikumnya. Sekre LPM masih ramai bahkan setelah acara diskusi yang diadakan litbang berakhir dua jam lalu. Namun Risya butuh udara yang lebih segar, sehingga ia memutuskan untuk menuju lapangan basket alih-alih langsung pulang setelah berpamitan pada teman-teman LPMnya.

Meski jam malam kampus akan berakhir dalam tiga puluh menit, Campus Centre Barat—atau sering disingkat CC Barat—masih ramai dengan beberapa kegiatan UKM. Suara alat musik tradisional terdengar hingga ke lapangan basket yang sepi. Membuat Risya sedikit merasa tenang mendengarkannya.

Namun baru sepuluh menit duduk pada tribun, ponselnya berdering. Nama Alan muncul sebagai id caller. Setelah balasan pesan Alan yang tidak Risya balas lagi, laki-laki itu baru menghubunginya sekarang. Tidak memiliki pilihan lain, juga karena kunci kost laki-laki itu ada padanya, Risya terpaksa menjawab telepon tersebut.

"Halo, Ris."

"Mau ambil kunci? Aku ada di lapangan basket, kesini aja."

Diujung sana, helaan napas Alan terdengar. "Maaf baru bisa telepon kamu sekarang. How was your day? kamu sibuk ya?"

Risya tersenyum kecut. Merasa hambar dengan perhatian Alan yang terdengar basa-basi.

"Sibuk. Mau ambil kunci apa nggak? Bentar lagi aku mau pulang."

"Iya, bentar lagi aku sampai kampus."

"Okay, aku tunggu."

Tanpa menunggu balasan dari Alan, Risya memutus sambungan telepon lebih dulu. Semakin mendengar suara Alan, semakin dadanya terasa sesak.

Tidak lama setelah Risya memutus sambungan telepon secara sepihak, Alan muncul dari arah timur. Senyum laki-laki itu terbit ketika dari jarak beberapa meter, mendapati Risya duduk pada tribun lapangan basket. Namun Risya terlalu kesal untuk sekedar membalas senyum pacarnya itu.

"Hai, kok nggak di sekre?"

Risya menggeleng. Kemudian mengulurkan kunci di tangannya pada Alan. Yang diterima laki-laki itu dengan perasaan heran.

"Something happen, Ris? Kamu keliatan badmood. Mau cerita?"

Risya menggeleng lagi. "Kamu pasti capek, pulang aja, Al."

"Ada apa? Aku ada salah sama kamu?"

"Ada, tapi aku nggak berniat bahas itu malem ini. Aku capek banget, seharian di kampus. Kamu juga pasti capek nyetir dari Jakarta."

Alan menghela napas, kemudian menarik pergelangan tangan Risya pelan, meminta perempuan itu duduk di sampingnya. Dengan Alan yang tidak melepas pandangannya pada Risya sedetikpun.

"Aku nggak mau kamu pulang dalam keadaan kesel. Aku minta maaf kalau selama di Jakarta, aku jarang kasih kamu kabar. Ya... aku pikir kamu ngerti, karena biasanya tiap lomba aku juga jarang banget pegang HP."

Intersection ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang