Intersection - 27

2.2K 205 24
                                    

Faiza mengambil tempat di depan Rayyan yang sedang menyesap susu coklat kesukaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faiza mengambil tempat di depan Rayyan yang sedang menyesap susu coklat kesukaannya. Perempuan itu yang memilih tempat di selasar Teknik Sipil, tempat terjauh dari sekre. Sehingga, peluang untuk dipergoki oleh pengurus maupun anggota kabinet semakin kecil.

"Eh sorry, gue ganggu lo, nggak? Ada acara abis ini?"

Di depannya, Rayyan menggeleng. "Santai, Za. Gue free sore ini, tapi Risya mau ke sini bentar lagi."

Faiza langsung melirik arloji pada pergelangan tangan kirinya. Mendadak merasa bodoh, karena terlalu percaya diri ketika Rayyan mengiyakan ajakannya, dan melupakan fakta bahwa Risya bisa kapan saja menginterupsi. Bahwa waktu Rayyan yang lenggang, adalah untuk perempuan itu.

"Sebentar doang kok. Risya udah jalan ke sini?"

"Kayaknya belum, gue udah bilang kalau masih ada perlu sama lo," kata Rayyan sembari mengecek ponselnya, sebelum kembali menatap Faiza dengan tatapan teduh. Sebuah tatapan yang selalu membuatnya jatuh cinta pada Rayyan. "Gue nggak buru-buru, Za. Santai aja. Lo mau ngomong apa emang?"

Perempuan di hadapan Rayyan itu mengerjap. Berusaha menyembunyikan kegugupannya ketika Rayyan tidak berniat untuk basa-basi. Namun tatapan teduhnya, juga suaranya yang tenang, membuat Faiza memberanikan diri. Sekarang, atau tidak sama sekali.

"Lo pasti udah bisa nebak kenapa gue ngajak ngobrol. Sebelumnya, gue nggak pernah seberani ini. Tapi karena kita udah kenal lama, gue pengen jujur ke lo dan diri gue sendiri, kalau gue sayang lo, Ray." Faiza menjeda sejenak dan mengamati raut wajah Rayyan. Namun tidak ia temukan perubahan dari laki-laki itu. Tatapannya masih seteduh beberapa detik lalu. "Gue kira, dulu gue cuma kagum sama lo. Tapi lama-lama gue sadar kalau ternyata gue lihat lo lebih dari sekedar kagum."

Rayyan tidak langsung menimpali. Laki-laki itu lebih lebih dulu menghabiskan susu coklat dalam kotak sebelum kembali menatap Faiza yang terlihat menunggu. Rayyan dengan segala ketenangannya membuat Faiza lemah dan semakin jatuh pada laki-laki itu. Tadinya, Faiza begitu pasrah jika Rayyan tidak satu jalan dengannya. Jika Rayyan tidak memiliki rasa yang sama. Namun saat ini, ketika dihadapkan pada ketenangan Rayyan dan cara laki-laki itu menatapnya, Faiza mendadak ingin menjadi bagian dari setiap ketenangan itu.

"Kenapa gue, Za?"

Adalah pertanyaan yang tidak Faiza harapkan. Tetapi juga satu-satunya yang tidak bisa Faiza hindari.

"Gue juga nggak nemuin alasan kenapa itu lo, Ray."

Rayyan menghela napas. Laki-laki itu masih membius Faiza dengan tatapan teduhnya. Perlahan, diusapnya sekilas punggung tangan Faiza yang berada di dekat tangannya.

"Thank you udah sayang sama gue, Za. Sebenernya... gue udah expect. Gue juga ngehargai banget usaha lo buat bilang ini. Jujur, gue nggak ngerti maksud dari confession lo. Tapi kalau lo pengen kita in relationship, maaf. Gue nggak mau urusan di kabinet jadi—"

Intersection ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang