Intersection - 16

1.4K 175 6
                                    


"Guys, ada yang nitip ayam bakar nggak? Gue sama Derian mau beli nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Guys, ada yang nitip ayam bakar nggak? Gue sama Derian mau beli nih."

Adalah Rayyan yang pertama menerima tawaran Faiza. "Gue, Za. Dua porsi ya."

"Dua porsi banget, Ray? Lo doyan apa laper?" timpal Sella, spontan. Perempuan berkerudung itu bahkan sampai menoleh pada Rayyan, mengalihkan sejenak fokusnya dari layar komputer di sudut sekre.

Rayyan terkekeh. Kemudian mengeluarkan satu lembar uang lima puluh ribuan dan diulurkannya pada Faiza.

"Buat Risya. Dari pagi dia nggak sempat sarapan, abis kelas langsung rapat."

Mendengar nama Risya, Faiza kontan mencebikkan bibirnya. Namun tetap menerima uang dari Rayyan, hingga membuat Derian yang telah menunggu di ambang pintu tidak dapat menahan gelakannya.

"Lo naksir kok sama orang bucin macem si Ray. Dia mah apa-apa ya Risya dulu."

"Bucin apaan dah," timpal Ray, kemudian kembali menoleh pada Faiza. "Yang satu dada ayam ya, Za. Sambelnya dikit aja. Atau kalau bisa, dipisahin."

Faiza mengangguk dengan wajah masam. Telah menjadi rahasia umum bahwa perempuan yang kuliah pada jurusan Informatika ini naksir berat pada Rayyan. Dan selalu cemburu dengan Risya yang seolah punya posisi penting dalam hidup Rayyan. Katanya, Risya punya potensi yang besar untuk merebut status single sang presiden mahasiswa. Padahal hal tersebut juga sangat kecil kemungkinannya.

"Gue udah lama nggak ketemu Risya, Ray. Sibuk apaan dia?"

Rayyan yang akan kembali fokus pada laptopnya, menoleh. Sella tidak lagi duduk di depan komputer. Posisinya kini menghadap Rayyan dengan ponsel dalam genggaman perempuan itu.

"Liputan sama diskusi buat nerbitin majalah. Dia lebih banyak di luar. Seminggu ini kayaknya liputan terus."

"Waduh, Pak Presiden hafal banget ya sama jadwalnya Bu Presiden," ujar Sella dengan nada suara jahil. Membuat satu-satunya orang selain Sella yang berada di dalam sekre mendengus kesal.

Mereka akan melangsungkan rapat koordinasi, namun masih menungu beberapa pengurus inti yang masih menempuh jam kuliah. Sehingga Rayyan yang sudah tidak memiliki jadwal kuliah, mendekam di sekre dan pasrah menjadi bulan-bulanan pengurus kabinet akan kedekatannya dengan Risya. Sebab topik tentang Risya dan dirinya seolah tidak pernah habis dibahas oleh teman-temannya.

"Dijawab bener-bener, malah ngeledek."

Sella tertawa. "Abis lo berdua lucu. Kemana-mana bareng, saling perhatian. Nggak tau lagi dah. Kalau yang nggak kenal kalian, pasti nganggep lo itu pacarnya Risya."

Rayyan mengernyit. Namun senyum manis laki-laki itu tersungging pada wajahnya. Membicarakan Risya memang tidak pernah membuat Rayyan gagal untuk tersenyum. Perempuan itu selalu membawa positive vibes dalam dirinya.

Intersection ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang