Intersection - 10

1.6K 181 3
                                    


"Papa nggak dinas hari ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa nggak dinas hari ini?"

Sebuah pertanyaan meluncur begitu saja dari bibir Risya ketika ia baru saja memakai seatbelt. Laki-laki paruh baya yang dipanggil Papa itu mengangguk sembari memanuver mobilnya meninggalkan kampus Risya.

"Dinas, Kak. Dan kebetulan tadi abis rapat di dekat sini, jadi sekalian ketemu Kakak."

"Papa sibuk banget ya sampai nggak pulang ke rumah?" Lagi-lagi sebuah pertanyaan spontan meluncur dari bibir Risya. Perempuan itu benar-benar tidak bisa menahan dirinya, menahan segala perasaan rindu bercampur penasaran selama berminggu-minggu pada sosok di sampingnya.

Risya menoleh pada Papanya ketika laki-laki paruh baya itu tidak kunjung menjawab. Sejurus kemudian, tangannya menghidupkan radio untuk menetralkan kecanggungan yang tiba-tiba menyeruak di dalam mobil.

"Maafin Papa ya, Kak," ujar Alvin sembari mengusap puncak kepala anaknya dengan sayang. Kemudian kembali fokus pada jalanan yang masih sangat macet. "Yang penting sekarang Papa sama Kakak, kan? Kakak mau makan dimana?"

Risya mengerjap ketika pembicaraan tersebut dialihkan begitu saja. Tersadar bahwa Papanya tidak ingin membahas apapun yang sudah laki-laki lewatkan, terutama ketidakhadirannya di rumah sesering dulu. Entah untuk menghindar dan tidak lagi menganggap rumah sebagai 'rumah' yang sebenar-benarnya, atau memang kesibukan Papanya yang tidak bisa mengalah. Namun apapun faktanya, yang terpenting dari pembicaraan singkat beberapa detik lalu adalah Papanya yang tidak ingin mengungkit apapun. Hingga membuat Risya ikut tersadar bahwa quality time antara mereka yang jarang terjadi tidak seharusnya ia lewatkan begitu saja.

Sehingga, kali ini Risya ingin menguatkan hatinya. Meskipun ia tidak benar-benar sanggup karena banyak sekali yang berubah dari Papanya selama mereka tidak bertemu. Parfum mobil yang berubah dari kopi ke lavender, salah satu wangi parfum yang tidak Mamanya sukai. Belum lagi tumpukan beberapa kemeja yang terlipat rapi di kursi belakang terlihat mencolok. Papanya bukan tipe orang yang rajin melaundry pakaiannya, terlebih dalam jumlah sedikit. Namun lagi-lagi Risya berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Bahwa ia tidak perlu memikirkan hal-hal yang membuatnya sedih, membuat hatinya sakit.

"Kak?"

Risya tersentak ketika suara Papanya terdengar.

"Ah, maaf, Papa. Tadi Papa ngomong apa?"

"Kakak lagi banyak tugas ya? Sampai nggak fokus gini?"

Risya menggeleng samar dan kembali tersenyum sembari menatap Papanya.

Nggak boleh sedih, Ris! Ini quality timemu sama Papa. Harus kamu manfaatin bener-bener, batin Risya untuk dirinya sendiri.

"Nggak kok, tugasnya udah Risya cicil dari kemarin. Tadi Papa ngomong apa? Maaf, Risya nggak fokus jadinya nggak denger deh."

Intersection ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang