24.

878 97 15
                                    

Irene duduk tegap di depan dokter bernama Jang Nara, dengan meremas ujung mantelnya, ia takut dan cemas dengan apa yang akan di katakan dokter itu, segala macam hal buruk yang mungkin akan terjadi terus berulang di kepalanya bagai reka adegan sebuah film horor sangat menakutkan.

"Irene Bae"
Irene semakin meremas ujung mantelnya bahkan sampai mengigit bibir bawahnya, tangannya berubah menjadi sangat dingin dan itu terlihat sangat jelas oleh sang dokter yang sudah menghela nafas sejak Irene datang ke ruangannya hanya sendiri tanpa di dampingi oleh orang tua suami atau mungkin kekasihnya jika Irene belum menikah.

"Negatif" sontak Irene mengangkat kepalanya dan menatap dokter tadi dengan tatapan tak percaya

"Sungguh ? Aku tidak hamil dok ?"

Dokter tadi mengangguk cepat, sudah mengerti dengan sifat anak muda jaman sekarang yang datang ke ruangan dokter kandungan seorang diri.

"Apa kau senang jika tidak hamil?"

Irene tertegun

"Bukan begitu aku hanya takut dok..aku bukannya tidak siap hamil dan punya anak aku takut orang tuaku marah jika aku punya anak di luar nikah, dan aku tidak ingin jika anakku..."

"Jika takut kenapa melakukannya ?"

"Karena..."

"Mencintai nya"

Irene mengangguk cepat, tidak ada bantahan karena memang benar begitu adanya.

Dokter tadi menarik tangan Irene dan menggenggamnya penuh perhatian.

"Jangan melakukan hal konyol untuk membuktikan kau begitu tulus dan mencintai kekasihmu itu,belum tentu dia mau melakukan hal yang sama denganmu"

Butiran bening kini mulai menumpuk di sudut mata Irene yang sejak tadi sudah memerah, karena emosionalnya.

"Terimakasih dokter"

"Untuk ? "

"Sarannya meski itu sudah terlambat"

Dokter tadi tersenyum lantas menulis beberapa resep obat untuk Irene konsumsi setelah ini.

"Kenapa memberiku obat jika aku tidak hamil"

"Haidmu tidak lancar dan itu karena kau tertekan dan stress kau juga sedikit demam" dokter tadi menyerahkan secarik kertas pada Irene dengan tulisan tangan yang Irene tidak mengerti sama sekali

Irene beridri dan membungkuk sedikit

"Terimakasih dokter aku pulang"

"Hmmmm istirahat yang cukup"
Irene mengangguk dan berjalan menuju pintu keluar untuk segera menebus obatnya ini.
.
.
.
Sudah lebih dari 1 bulan Sehun hanya duduk melamun di cafe tempatnya berkerja jika sedang kosong seperti ini, tatapan matanya lurus ke depan melihat orang orang berlalu lalang.

Badannya lebih kurus dari sebelumnya, ia tak bersemangat setelah kejadian yang membuatnya merasa di hina dan di injak injak di permainkan oleh dua orang yang sama sekali tak pernah terbayangkan oleh dirinya.

Ia juga merasa bersalah atas apa yang ia lakukan pada gadis yang tak bersalah, Sehun berfikir jika semua ini merupakan bentuk karma hukuman atas apa yang telah ia perbuat.

"Jam kerjamu sudah selesai kau boleh pulang" seseorang menepuk pundak Sehun membuatnya menoleh dan tersenyum dengan sedikit paksaan, ia harus sedikit ramah agar tetap bisa berkerja disini.

Yah setelah di tolak beberapa tempat kerja yang merupakan bidang keahliannya ia terpaksa harus kerja disini untuk biaya hidupnya sehari hari.

Sehun tak berani bilang dan pulang ke keluarganya bahkan seluruh kontak mereka ia hapus, begitupun seluruh kontak temannya pun sama di hapus, tak ia tak yakin jika sudah menghapus semuanya ia malu dan merasa bersalah sudah mengabaikan nasehat paman dan bibinya tentang dirinya yang akan kembali dengan seulgi.

Again And Again (Sehun Irene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang