29. Rain

987 107 14
                                    

Hujan turun lebat malam ini, mengguyur kota Seoul yang semakin larut. Tubuh Irene menggigil di bawah naungan halte bus yang semakin sepi.

Kulitnya sudah memucat bahkan ia tak dapat merasakan tangannya sendiri karena suhu yang amat sangat dingin ini.

Irene duduk dengan mengeratkan mantelnya berusaha memberi kehangatan pada tubuhnya, ia tak ingin jika mereka kedinginan di dalam sana cukup dirinya saja.

Ia meniup kedua tangannya dan menggosoknya beberapa kali,malam semakin larut hujan tak kunjung berhenti ponselnya mati perutnya lapar dan rasa mual ya kembali datang

Sebenarnya ia bisa pergi ke sauna di depan sana, tapi ia tak bisa jika harus berlari takut jatuh dan membahayakan janin yang tengah ia kandung.

"Sayang maafkan eomma karena membuat kalian kehujanan" Irene mengelus perutnya,dengan butiran bening yang mulai turun membasahi pipinya.

Ingatan beberapa jam yang lalu membuat hatinya sakit, di tampar dan rendahkan juga di usir dari rumahnya sendiri, neneknya memang kejam tapi apa tidak bisa ia pergi saat esok hari.

Sedikitpun tak ada toleransi Jiak menyangkut nama baik keluarga besarnya, Irene menyeka air matanya.

"Kau harus kuat Irene demi mereka hmmm.. jangan menangis tak apa ini hanya kehujanan kau sudah melewati banyak hal sejak kecil " Irene mengepalkan tangannya memberi semangat pada dirinya sendiri yang tampak menyedihkan.

Hanya dalam semalam, statusnya turun derastis dari seorang anak orang kaya menjadi tunawisma berbadan dua.

Irene tak menyalahkan siapapun ia hanya lelah karena masalah datang silih berganti.

Ia berusaha untuk tidak menangis namun tetap saja air mata itu terus saja mengalir tanpa henti membasahi wajahnya.

"Mom aku membutuhkanmu" Irene menunduk dengan tangisnya yang pecah di antara lebatnya hujan.

"Kau bisa masuk angin jika lama di luar, kenapa tidak menghubungiku jika sedang ada masalah" sebuah mantel kini menutupi kepalanya bersamaan dengan helaan nafas sang pemiliknya tanpa harus mengangkat kepalanya Irene sudah tahu siapa dia

"Menangislah anggap aku tidak ada"

Hanya dalam hitungan detik Isak tangis Irene terdengar jelas dan memilukan.

"Ayo aku antar pulang dan aku jelaskan"

"Tak ada yang bisa di jelaskan aku sudah di usir dari rumah, kau bukannya mendengar sendiri, aku tahu tadi kau mengikutiku lagi kan sonbae"

Masih dalam tangisnya.

"Aku akan buat nenekmu memaafkan dirimu"

"Bagaimana caranya bahkan ibuku dan ayahku saja tidak bisa"

"Mengakuinya, bahwa janin yang kau kandung anakku " bola mata Irene membelala sempurna bahkan ia sampai berdiri dan menjatuhkan mantel milik Junmyeon.

"Kau gila yah sonbae dan..... Bagaiman kau tahu..."

"Iyah aku gila aku gila karena orang yang ku sukai malah menderita dan aku tak bisa menjagamu"

Junmyeon menarik tangan Irene dan memakainya mantel yang ia pakai.

"Ayo aku antar pulang"

"Berhenti ku mohon aku.. aku tak pantas untukmu aku bahkan sudah rusak.

Junmyeon menghela nafas.

"Aku lelah dan kau lelah Sekrang aku antar kau ."

"Aku tidak bisa pulang"

"Baik aku antar kau ke rumah Krystal atau Gayoung kemana saja yang kau mau"
Irene luluh dan pada akhirnya mengikuti ka gajah kaki Junmyeon yang sudah menenteng koper yang Irene bawa tadi.

Again And Again (Sehun Irene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang