Dengan sangat kaget Nafisha menatap sosok yang baru saja mengetuk jendela mobilnya. Lelaki dengan celana blue jeans dan kaos kerah berwarna biru muda dengan sedikit peluh di wajah karena lelah mengganti ban namun tetap terlihat berkharisma dalam redup cahaya lampu penerangan jalan tol.
"Terima kasih sudah menolong saya, kalau tadi adik kamu tidak membawakan dongkrak mungkin saya masih menunggu mobil patroli yang lewat" ucap lelaki itu seraya menangkupkan kedua tangan dan sedikit membungkukkan badan.
Sungguh pria ini sangat sopan, bahkan dengan orang sebayanya saja, dia sangat menjaga tata krama.
"Kebetulan tadi saya lihat ada yang memerlukan bantuan, ya itung-itung sekalian istirahat biar agak lancar jalannya" jawab Nafisha
"Eemmm, saya permisi dulu, sepertinya jalanan sudah lumayan lancar, takut nanti kemalaman sampai Bandung" ucap lelaki di depan Nafisha
"Eemm, iya silakan saya juga mau meneruskan perjalanan ke rumah"
Tiba-tiba Nafisha turun dari mobil dan memanggil laki-laki itu.
"Dokter Bintang, ini ada sedikit cemilan sama air mineral lumayan buat teman perjalanan ke Bandung, rumah saya sudah dekat kok, paling 30 menit lagi"
Sedikit keraguan dimata Nafisha, takut-takut kalau niat baiknya ditolak Bintang karena dia kan seorang dokter siapa tahu makannya tidak asal jajan sembarangan.
"Terima kasih banyak yaa, tadi saya sebetulnya berniat mampir di rest area tapi sudah dibawain bekal" ucapnya sambil tersenyum dan mengambil plastik dari tangan kanan Nafisha.
Kemudian Nafisha masuk kembali ke mobilnya, Mahes sudah siap mengemudikan mobilnya. Benerapa detik mobil dibelakang menyalakan beberapa kali lampu dim sebagai isyarat agar Mahes jalan duluan.
****
Hari sudah menunjukkan pukul 03.00 dini hari, kami telah bersiap-siap menuju hotel tempat acara di Bogor, sebetulnya kami ingin berangkat semalam tapi karena macet sekali kami putuskan untuk berangkat jam 03.00 pagi saja. Semua barang-barang kami sudah masukkan ke mobil, papa dan Mahes di depan sedangkan aku dan nama di bangku penumpang, selama di perjalanan kami bercanda membahas apa saja, kecuali pernikahan. Setelah dipikir-pikir Nafisha tidak salah, dia bukan pilih-pilih calon suami tetapi memang belum ada lelaki yang berani datang untuk mengkhitbahnya, bahkan sekedar mengenal keluarga saja belum.
Setibanya di hotel kami langsung disambut oleh keluarga-keluarga yang lain. Tante Dewi, ibu dari Annisa menyuruhku untuk mendampingi Annisa saat acara nanti, karena Annisa merupakan anak tunggal. Baiklah ku mengikuti tante Dewi dimana Annisa di rias. Beberapa tata rias mulai membersihkan wajahku, aku berpesan pada mereka agar jangan terlalu tebal makeupnya, mereka mengangguk seraya memujiku kalau wajahnya begini tidak di makeup juga sudah cantik, tinggal disapu blash on sedikit.
Akad akan dilaksanakan pukul 10.00 WIB lanjut resepsi hingga pukul 14.00 WIB. Tak lama menunggu, akhirnya Ijab Qabul dimulai. Terdengar suara lantunan ayat suci sebagai pembuka acara. Alhasil Annisa mulai meneteskan air mata.
"Hai, jangan menangis nanti cantiknya luntur," ucapku.
"Aku deg-deg kan teh"
"Teteh doain semoga lancar yaa, dan kamu bahagia bersama Hamdan"
"Aamiinnn..., semoga habis ini Teteh cepat menemukan jodoh ya"
"Aamiin, doain saja yaa"ucapku sambil memeluknya.
Terdengar suara dari bawah,
Saudara Hamdan Al Kautsar saya nikahkan engkau dengan anak kandung saya, Annisa Aulia Puspita dengan emas kawin seperangkat alat shalat dan logam mulia sebesar 50 gram dibayar tunai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang Ku Tunggu
General FictionPendidikan itu penting, itulah yang ditanamkan ayahnya dari dia kecil, dia gadis yang mandiri, tangguh tidak mudah menyerah. Menuntut ilmu baginya adalah suatu seni, belajar dan membaca adalah hobbynya tapi tidak membuat gadis usia menjelang 28 tahu...