Jangan tertipu
dengan kebaikan semu,
karena sesuatu yang kau anggap baik belum tentu baik disisi AllahKamu yang Ku Tunggu
Happy reading,
jangan lupa tekan ⭐🌹🌹🌹
Bintang segera menghampiri pemilik suara yang kini sudah berada tepat di sampingnya. Mereka berdiri bersampingan di sebuah lorong penghubung antara bangunan satu dengan bangunan yang lain.“Kamu, sudah tidak ada perasaan, dengan wanita itu ‘kan?” Tanyanya tanpa basa-basi.
Bintang bingung dengan pertanyaan sahabatnya, haruskah dia berkata jujur?
“Kenapa tidak menjawab?” ketusnya penuh penekanan.
“Istrimu jauh lebih baik dari wanita itu,” terusnya.
“Ingat, dia cuman masa lalu Lo.Yang paling penting sekarang adalah Nafisha. Lo enggak boleh menyakitinya, hanya karena April,”Haikal memperingatkan Bintang. Karena Bintang memang gampang iba terhadap perempuan.“Aku tahu Kal, dia cuman masa lalu,” jawab Bintang lemas.
Haikal menepuk pundak sahabatnya. Memberinya kekuatan agar tidak goyah dengan pendiriannya. Mereka berdua berjalan beriringan. Mereka berjalan beriringan. Bintang akan visite pasien di ruangan, sedang Haikal akan ke ruang operasi.
Seperti biasa, canda-tawa Bintang dengan beberapa selir-selir berbaju seragam disambut ramah oleh pasien dan penunggu pasien. Itulah cara mereka menghibur pasiennya. Mengurangi jarak antara dokter dan pasien agar mereka merasa lebih nyaman.
“Halo…,” jawab Bintang ketika tiba-tiba ada panggilan masuk.
“Tiga puluh menit lagi saya turun.” Dia segera meneruskan pekerjaannya di nurse station agar bisa segera praktik lagi di poli.
Dokter April berhalangan praktik, sehingga beberapa pasien dialihkan ke Dokter Bintang. Pasien Dokter April sebetulnya tidak terlalu banyak. Karena dia masih tergolong dokter baru.
Hanya butuh waktu satu jam pelayanan sudah selesai. Tetapi dia masih berada di poli. Memainkan gawainya atau sekedar melihat-lihat foto pernikahan dan bulan madu mereka, yang jumlahnya tidak terlalu banyak.
“Dokter tidak melihat kondisi Dokter April?” Tanya seorang perawat.
“Memangnya Dokter April kenapa?”
“Tadi, katanya pingsan waktu mau mulai praktik, Dok”
“Sekarang di mana?”
“Di IGD, Dok”
Bintang segera berdiri, keluar meninggalkan poli, dan berjalan menuju IGD. Karena ruang IGD tidak jauh dengan poli kebidanan hanya beberapa menit saja Bintang sudah sampai di IGD. Setelah bertanya pada salah seorang dokter jaga, Bintang menuju bed paling ujung dimana April dirawat. Dia masih tertidur, mungkin pengarug obat yang diberikan dokter jaga.
“Dokter Bintang punya kontak kaluarga Dokter April tidak? Dokter April keracunan makanan. Kita mau lakukan bilas lambung tapi menunggu pasien sadar,” penjelasan dokter IGD ketika melihat Bintang berada di bed April terbaring.
“Saya tidak tahu keluarganya di Jakarta. Maminya masih di Australia,” jawab Bintang.
“Dokter Bintang kenalkan sama Dokter April. Maksud saya…, minta persetujuan Dokter Bintang terkait tindakan yang akan kami lakukan. Maksud saya tanda tangannya Dok,” ucap gugup dokter jaga.
Bintang menandatangani formulir yang disodorkan perawat.
“Lakukan saja sesuai prosedur yang berlaku. Hubungi saya kalau ada sesuatu. Saya permisi dulu,” ucap Bintang sambil berlalu meninggalkan ruang IGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang Ku Tunggu
General FictionPendidikan itu penting, itulah yang ditanamkan ayahnya dari dia kecil, dia gadis yang mandiri, tangguh tidak mudah menyerah. Menuntut ilmu baginya adalah suatu seni, belajar dan membaca adalah hobbynya tapi tidak membuat gadis usia menjelang 28 tahu...