Arti Sahabat

370 41 20
                                    

Seperti hujan yang selalu meninggalkan kenangan, perasaan jua. Tidak tergantung berapa lama ia turun, tapi seberapa deras ia menumpahkankan rasa

Kamu yang Ku Tunggu

Happy reading

Setelah puas memangis siang tadi, sore ini Nafisha pulang. Bahkan dia telah menyiapkan pakaian, makan malam,  dan berbagai jenis masakan dari ayam untuk Bintang. Setelah mandi Nafisha mengompres mata agar bekas sembab di mata tidak terlihat oleh Bintang.

Nafisha mendengar mobil Bintang masuk. Dia pun berusaha bersikap seperti sebelum ada April di kehidupan mereka.

“Sya, kamu pulang cepat? Biasanya sebelum magrib baru sampai rumah.” Bintang mencium kening Nafisha karena sebelumnya Nafisha mencium punggung tangan Bintang.

“Tadi ada pertemuan dekat sini, jadi aku langsung pulang."
"Mendingan, Mas mandi dulu biar lebih segar. Nafisha tunggu di bawah ya. Makanan sudah siap,”

Saat Nafisha hendak keluar dari kamar Bintang menarik lengan Nafisha. Dan kini jarak mereka sangat dekat.

“Sayang, maafkan—”

Nafisha meletakkan jari telunjuk tepat di atas bibir Bintang. Melarang untuk meneruskan kalimatnya.

“Bisa ‘kan kita tidak perlu bahas itu lagi,” pinta Nafisha.

Cup

“Terima kasih, sayang,” Bintang memeluk Nafisha lalu mengecup pucuk kepala Nafisha.

Ketika Nafisha sedang membuat minuman hangat, Bintang diam-diam mengamati gerak-gerik Nafisha. Baru kali ini dia berpenampilan seperti ini. Rambut digelung asal-asalan menyisakan anak rambut liar yang menambah kecantikannya.

“Mas, mau makan pakai ayam sayur, balado atau goreng?”

Bintang bersyukur Nafisha telah melupakan semua masalah keluarga mereka. Bintang tersenyum melihat Nafisha. Terima kasih sayang, sudah mengerti posisiku. Bisiknya dalam hati.

“Mas, yang mana?”

Bintang terkejut. Bahkan dia tidak mendengar pertanyaan Nafisha sebelumnya.

“Maaf Sayang, kamu tanya apa tadi?”

“Mas, mau makan pakai apa?”

“Pakai ayam balado saja sayang, sama ayam goreng tepung sedikit saja”

“Banyak juga boleh kok, aku masak buat mas semua,” jawabnya diikuti dengan senyuman.

Malam semakin larut. Sudah berapa malam Bintang tidak tidur dan sepertinya malam ini dia tidur sangat pulas. Tetapi kebalikan dengan Nafisha. Dia tidak bisa tidur. Padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul 23.30. Kata-kata April siang tadi terus menusuk gendang telinga, bermain-main indah di pikiran hingga mata sama sekali tak ingin terpejam.

Hari sudah menjelang pagi. Benar saja Bintang sama sekali tidak terbangun dalam tidur tadi malam. Tangannya mencari sosok Nafisha di sampingnya, namun tak ia temukan. Matanya melirik seiisi kamar dan belum ia temukan. Setelah duduk, Bintang melihat Nafisha telah menyiapkan baju kerja untuk hari ini.

Bintang segera ke kamar mandi mencari sosok Nafisha namun tak ia temukan. Melihat lemari Nafisha sedikit terbuka, Bintang bermaksud merapatkan pintunya. Dalam beberapa detik seperti ada hal yang aneh. Bintang kembali membuka lemari Nafisha.
Kemana bajunya, kenapa tinggal sedikit? Pikirnya

Bintang mulai bingung, segera dia menghubungi Nafisha tetapi nomornya tidak aktif. Bintang segera turun mencari di dapur dan tidak menemukannya. Seisi rumah telah ia kelilingi namun tidak menemukan istrinya.

Kamu yang Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang