"Hari ini mendung tapi tak kunjung hujan, meskipun hati ini lelah tapi enggan meninggalkan"
Semua orang mempunyai masa lalu, masa lalu yang akhirnya dimiliki ataupun yang berlalu.
Jangan salahkan masa lalu jika
'dia' kembali muncul,
karena masa lalu adalah
bagian darimu.Kamu yang Ku Tunggu
===================="Kamu Bintang kan?" tanyanya sambil mengingat ingat
"Prof. Danu, iya prof. saya Bintang" Jawabku sambil mencium tangan beliau
"Spesialis apa sekarang? sudah berapa tahun ya, kita tidak bertemu?"
"Saya meneruskan obgyn prof, sesuai amanah ibu saya"
"Lalu temen-temen kamu itu?"
Bukan menjawab Bintang malah asik dalam lamunan masa lalunya.
Prof Danu adalah dosen saat aku menempuh sarjana kedokteran, beliau sangat mengenal ku karena aku mantan asisten beliau, jarang sekali prof Danu mengangkat asisten, karena orangnya perfect sekali dan tidak mudah percaya dengan orang lain. Beruntung sekali aku saat itu bisa setiap saat bertemu dengan beliau. Bahkan beliau masih ingat teman-temanku, ya kami memang selalu ber-empat, lulus pun bersamaan. Aku, Haikal, Nadia dan April.
April adalah masa laluku, masa lalu yang tak pernah bisa kumiliki, masa lalu yang tiba-tiba menghilang setelah empat tahun kami dekat. Masa lalu terpisah oleh perbedaan. Tuhan mamang satu, tetapi cara kami berbeda, aku menengadahkan kedua tanganku saat memohon bantuanNya, sedangkan dia menyatukan jari-jari tangannya saat berdoa. Aku membaca Al-Quran dan dia Al-Kitab. Saat hari minggu tiba, aku sering mengantarnya ke Katedral lalu aku ikut kajian di Istiqlal. Dan sudah bertahun-tahun ini dia tidak ada kabar, aku pun kini mulai bisa melupakannya.
"Ehemmm"
Seketika aku kaget saat suara itu keluar dari prof Danu, lalu aku menceritakan sahabat-sabahatku.
"Nadia sekarang spesialis anak Prof, satu rumah sakit dengan saya, kalau Haikal kuliah lagi, saat ini dia meneruskan bedah thorax Prof. Sedangkan April sudah lama kita tidak kontak semenjak kepihannya ke Australia."
"Saya minta nomor kamu ya Bin"
Kemudian seorang wanita memakai stelan jas hitam-hitam dengan kemeja dalam berwarna putih menghampiri prof Danu. Sepertinya mereka panitia yang menjemput prof karena acara akan segera dimulai.
Acara telah dimulai ponselku bergetar ternyata ada pesan dari dokter Dinda.
dr.Dinda
Dokter Bintang saya arah jam 7 dari posisi dokter sekarang.dr. Bintang
Oke dok.Sesi demi sesi berlalu hari ini cukup melelahkan. Sekarang kita break, nanti malam jam 19.30 ada acara hingga jam 22.00. Kalau acaranya padat seperti ini sama saja gak bisa refresing gerutuku dalam hati.
Mataku mulai ngantuk, tapi aku tidak biasa minum kopi seperti teman-teman pada umumnya akhirnya aku memilih minum teh panas biar sedikit mengurangi rasa kantukku.
Akhirnya hari pertama ini telah usai sekitar pukul 22.20 sambil mengantri lift aku bersandar di pagar lobby melihat kanan - kiri mencari sosok yang aku kenal. Tiba -tiba aku melihat seseorang dengan postur tubuh mirip Nafisha berbicara dengan seorang panitia, dia masih membawa tas kecil dan tas laptop, sepertinya dia baru bergabung.
"Ah.. tidak mungkin, Nafisha kan masih di China, halu halu halu". Ucapku dalam hati.
Saat lift sudah lumayan kosong aku masuk untuk turun ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang Ku Tunggu
General FictionPendidikan itu penting, itulah yang ditanamkan ayahnya dari dia kecil, dia gadis yang mandiri, tangguh tidak mudah menyerah. Menuntut ilmu baginya adalah suatu seni, belajar dan membaca adalah hobbynya tapi tidak membuat gadis usia menjelang 28 tahu...