Dalam beberapa menit mereka saling mendekap. Menumpahkan beban dan keraguan yang bertengger sedari awal pertemuan hingga saat ini. Dan butiran-butiran air mata menetes dan mengalir dari mata indahnya. Hingga menimbulkan rasa hangat dalam punggung Bintang.
“Kenapa menangis?” tanyanya dengan lembut. Sambil mengusap punggung Nafisha yang masih tertutup baju walaupun basah.
Nafisha hanya menggeleng dan tetap menangis. Tidak ada kata yang keluar dari mulut mereka. Bintang pun tidak memaksa Nafisha untuk bercerita. Sepertinya Bintang sudah mulai mengenal karakter istrinya.
“Maaf, Tuan, pesanannya sudah jadi.” Ucap seorang pelayan yang mengantarkan pesanan Bintang.
Dengan spontan pelukan itu usai. Setelah menjawab dengan menganggukkan kepala kepada pelayan itu, mereka saling menatap dan tersenyum. Bintang menghapus sisa air mata di pipi Nafisha. Bintang segera keluar dari kolam. Lalu menggandeng tangan Nafisha, mengajaknya duduk di kursi untuk menikmati sup pesanannya.
“Habis ini ikut aku ya.” pinta Bintang.
Dan sebuah anggukan dari Nafisha membuat Bintang kegirangan seperti anak kecil.
“Yes! Yes! Yes!”
Sepertinya hari ini mereka akan mengeksplorasi Labuan Bajo. Bintang sudah menyewa alat untuk diving dan snorkeling padahal belum tentu istrinya mau. Nafisha yang tidak terlalu suka bahkan takut pun akhirnya mengikuti keinginan suaminya.
Mereka mengagumi keindahan dalam luat. Airnya yang jernih dan karang-karang serta flora dan fauna ekosistem laut yang begitu bersahabat membuat Nafisha enggan untuk kembali. Disini dia bisa melupakan segala kesibukannya. Rutinitas yang sangat menguras pikiran dan waktunya.
Setelah empat hari puas mengeksplorasi Labuan Bajo dan juga menginap di sebuah Kapal Pinisi, hari ini mereka jalan-jalan untuk mencari oleh-oleh untuk keluarga dan sahabat sebelum kembali ke Jakarta.
🌻🌻🌻
Hari ini Nafisha sudah kembali bekerja. Bintang mengantarnya ke kantor. Mereka memutuskan untuk menginap di rumah papa setelah pulang dari Labuan Bajo.
Selepas mengantar Nafisha dia melihat rumahnya yang beberapa waktu lalu ia renovasi dan sepertinya hampir selesai.
Menunggu sang istri pulang dia pun kembali ke apartemen menyiapkan makan malam mereka. Dia ingin mencoba memasak, tapi dari pada gagal dia memilih pesan lewat ojek online.
Jarak apartemen ke kantor tidak terlalu jauh. Setelah makanan siap Bintang menjemput Nafisha ke kantor lagi. Sebetulnya Nafisha menolak tapi Bintang memintanya.
Setelah mobil memasuki halaman kantor, tepat di depan lobby seorang satpam membukakan pintu untuk Nafisha. Dia segera masuk sambil mengucapkan terima kasih. Setelah di perjalanan Bintang bilang pada Nafisha untuk malam ini mereka akan menginap di apartemen miliknya.“Tapi, kita mampir ke apartemenku dulu ya, ada beberapa berkas yang harus aku ambil.”
“Bin, besok aku ada tugas ke Semarang, boleh kan?” tanya Nafisha
“Besok banget, penerbangan jam berapa? Biar aku antar.”
“Pesawat jam 5.50”
Setelah sampai di apartemen, Bintang membantu mengemasi beberapa keperluan Nafisha.
“Sekalian saja bawa baju yang banyak. Setelah ini, kita tinggal bersama kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang Ku Tunggu
Ficción GeneralPendidikan itu penting, itulah yang ditanamkan ayahnya dari dia kecil, dia gadis yang mandiri, tangguh tidak mudah menyerah. Menuntut ilmu baginya adalah suatu seni, belajar dan membaca adalah hobbynya tapi tidak membuat gadis usia menjelang 28 tahu...