Part 25 : Lindungilah dia

344 34 27
                                    

Dalam ruangan 3 x 4 meter persegi ini Nafisha masih menunggu sang suami datang menjemput. Bukan dirinya manja tidak mau pulang sendiri, tapi kerena suamimya berpesan agar menunggu di kantor jadi dia masih bertahan.

Sekarang pukul 18:45 seorang satpam mengetuk pintu ruangan diikuti dengan seorang laki-laki berbadan tegak dengan kemeja panjang yang digulung sampai siku sehingga menampakkan kulit bersihnya.

“Masuk” perintah Nafisha.
“Ibu, ada Pak Bintang ingin bertemu.”
“Terima kasih, Pak.” Ucapnya.

Setelah Bintang menumpang salat magrib di ruangan, Nafisha mengajak Bintang segera pulang. Karena tidak enak berduaan di ruangan meskipun mereka sudah suami istri.

“Semuanya saya pulang duluan ya.” pamit Nafisha

“Iya Bu, hati-hati dijalan.” jawab beberapa karyawan yang bertugas dishift 2.

Bintang pun ikut tersenyum dengan beberapa bawahan istrinya.

Dalam perjalanan Bintang tampak gelisah, tidak banyak kata-kata keluar dari mulutnya. Bahkan ketika Nafisha mengajaknya makan, Bintang menolak dengan alasan sudah makan.

“Kita isi bensin dulu ya Sha.” 
“Aku mampir ke minimarket dekat SPBU ya?” pinta Nafisha.

Setelah Bintang selesai mengisi bahan bakar, dia menghampiri Nafisha. Dia masuk kembali ke mobil dengan beberapa kantong berisi makanan karena perutnya terasa lapar.

Nafisha menawarkan makanan tersebut pada Bintang. Tapi dia menolak. Dia malah mengajak Nafisha makan di luar.

“Makan yuk, Sha” ajaknya
Nafisha menggeleng. “Mas, tadi kan aku sudah ajak makan, katanya masih kenyang. Mas bilang sudah makan di rumah sakit. Ya sudah Nafisha beli roti ini.” gerutu Nafisha.

“Iya maaf aku lupa.”

“Mas, kalau memang mas capek, tidak bisa jemput ya sudah, mas bilang saja Nafisha bisa kok pulang sendiri.” saran Nafisha.

Bintang memutar otak, dia berpikir keras bagaimana dia akan menceritakan bahwa mulai hari ini dia akan bekerja satu rumah sakit dengan mantan kekasihnya yang sudah beberapa tahun menghilang. Tapi sepertinya besok saja, sebab suasana hati keduanya hari ini kurang enak sepertinya.

Setalah sampai di kamar, Nafisha segera mandi karena hari juga sudah semakin malam. Sedangkan Bintang, dia berkutat di dapur menyiapkan makan malam sebagai permintaan maafnya.

Selesai mandi Nafisha bergabung dengan Bintang yang masih sibuk di dapur.

“Masak apa Mas?” Tanya Nafisha saat melihat dari belakang suaminya sedang mengaduk-aduk sebuah masakan.

“Bikin Sup Sha, tadi kamu belum makan kan?”

“Sudah tinggal saja, Mas mandi dulu, biar aku teruskan.”

Hari sudah semakin malam tapi keduanya belum tidur. Setelah makan malam tadi keduanya ngobrol di ruang TV. Mereka berencana akhir pekan ini akan mengunjungi ayah dan nenek di Bandung.

Sementara Bintang masih mencari referensi untuk kasus yang sedang ditanganinya. Nafisha sudah mengantuk sehingga dia pamit untuk tidur lebih awal.

Ponsel Bintang berdering menandakan ada panggilan masuk dari nomor tidak dikenal.

“Halo” jawab Bintang sambil mengangkat teleponnya.

“Ozie, kamu belum tidur?”

Deg

Lama tidak ada jawaban dari Bintang. Sayup-sayup terdengar suara perempuan itu.

“Kenapa masih mencariku?”

Kamu yang Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang