Untuk mendapatkan sesuatu yang kau inginkan kau harus bersabar dengan sesuatu yang kau benci,
meskipun akhirnya gagal,
setidaknya kamu mendapatkan pahala atas kesabaranmu.Kamu yang Ku Tunggu
===================Keesokan harinya kami telah bersiap menuju rumah sakit, aku mulai poli jam 8 dan Haikal ada operasi jam 11. Tetapi pukul 9 sudah harus mulai memeriksa kondisi pasien, mengingat pasien kali ini adalah bayi berusia 2 bulan, yang saat ini menjalani perawatan di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit).
Aku memberinya semangat, berulang kali aku meyakinkan Haikal supaya tenang, karena dia terlihat gugup.
Hari ini sengaja aku bawa mobil, karena sepulang praktik aku hendak pergi ke Atrium. Ayah memesan spare part untuk mobil dagangan ayah.
"Ini masih pagi Kal, kalau kamu mau salat dhuha, di ruangku lantai 3 bisa, kalau di musala jam segini masih penuh sama penunggu pasien " ucapku
"Thanks Bin, lu memang sahabat terbaik gue, salam buat Nadia ya"
Setelah aku memarkirkan mobil aku melangkahkan kakiku menuju kantin, aku beli beberapa roti bakar dan jus untuk petugas pendaftaran. Karena aku akan sedikit merepotkan mereka dipagi ini. Biasanya saat pagi seperti ini pendaftaran ramai, baik pasien BPJS, asuransi atau pribadi. Aku meminta tolong pada salah seorang petugas disana, awalnya dia menolak tapi aku tidak minta sekarang, nanti-nanti saja kalau pendaftaran sudah tidak ramai.
"Kalau bukan dokter Bintang yang minta, aku gak mau ngerjain beginian." ucap petugas pendaftaran dengan nada sedikit meninggi
"Tolong yaa, aku butuh data pasien itu" ucapku yang ku akhiri dengan senyum.
"Ya Allah Dok, kenyang saya lihat senyum dokter" ucap petugas pendaftaran yang sedikit tua dan memang senang sekali menggoda dokter Bintang karena keramahannya.
"Oke nanti saya kabarin ya Dok"
Aku bingung, pada mereka menurutku dokter Markus si penanggung jawab PICU/NICU lebih ganteng dari aku. Dia putih, tinggi, hidungnya mancung, lebih mirip artis Korea, sedangkan aku tinggi sih, tapi kulit sawo matang ketuaan sedikit, badanku terlalu padat menurut Nadia, hidungku sedikit mancung dari orang asia pada umumnya. Tapi orang-orang disini lebih senang mengajakku diskusi ketimbang dokter-dokter yang lain. Biarlah ini semua kan karunia Allah yang seharusnya kita syukuri. Mereka juga ramah terhadapku jadi kenapa aku harus jaim ke mereka.
Hari ini tidak akan sepadat kemarin sepertinya, ini sudah lewat jam delapan status yang naik baru ada sembilan. Alhamdulilah sepertinya aku bisa mencarikan pesanan ayah.
Mami bidan yang selalu menemaniku masuk ke ruang poli, menanyakan apakah sudah bisa dimulai, iya aku mempersilahkan mulai pelayanan pagi ini.
Aku tidak pernah membedakan pelayanan antara BPJS, pribadi atau asuransi, bidan dan perawatlah yang mengatur daftar antrian mereka. Buatku setelah aku mengucapkan sumpah profesi beberapa tahun yang lalu, apa yang aku lakukan sekarang adalah ibadah agar bisa menolong sesama, serta mengurangi jumlah anak yang tidak mengenal kasih sayang ibu kandung, seperti yang aku rasakan.
Setelah aku selesai dengan poli pagi aku istirahat sebentar untuk salat dhuha, seperti prediksiku hari ini baru jam 10.30 poli telah usai. Hari selasa memang tidak sepenuh hari senin. Setelah usai salat aku mampir ke pendaftaran, akhirnya mereka memberiku info pasien bernama Diah Ayu Utami, dengan penanggung jawab pasien atas nama Nafisha Alana F. Nomor telpon 081384**** segera aku save nama dan nomor telponnya. Setelah aku save aku mencoba melihat profil picture whatsapp nya, tapi sayang yang nampak hanyalah foto jas putih khas apoteker yang diletakkan di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang Ku Tunggu
General FictionPendidikan itu penting, itulah yang ditanamkan ayahnya dari dia kecil, dia gadis yang mandiri, tangguh tidak mudah menyerah. Menuntut ilmu baginya adalah suatu seni, belajar dan membaca adalah hobbynya tapi tidak membuat gadis usia menjelang 28 tahu...