Nafisha terduduk di lantai karena kakinya sudah merasa lemas hingga tak mampu menopang tubuh. Nafisha ingin menangis sejadi-jadinya, tetapi anehnya air mata sama sekali tak mau keluar. Nafisha berusaha keras, tetapi nihil. Hanya terasa merasakan badannya yang semakin lemas.
Dalam diam, ingatannya kembali terlintas suaminya membopong wanita itu di depannya. Sementara kepala wanita itu bersandar lemah pada dada bidang milik Bintang.
Ingin terlihat tegar, sehingga lebih memilih tersenyum. Padahal ia berharap yang dilihat hanyalah mimpi. Namun sayang, setelah Nafisha menghilang ke bilik kamar perawatan papa, lelaki itu menghampirinya membuatnya sadar bahwa ini nyata.
Beginikah rasanya patah hati? Seperti terbang dalam awan yang indah lalu terhempas hingga hancur ke bagian terkecil, tak berbentuk. Sangat sakit.
Nafisha berfikir jika kepergiannya beberapa waktu ini akan menjadikan pelajaran atau bahkan kerinduan bagi mereka. Namun sepertinya ia salah.🌻🌻🌻
Sudah 2 minggu yang lalu Bintang mulai praktik. Weekend ini dia pulang untuk membersihkan rumah karena hampir dua minggu ini dia lebih memilih tinggal di rumah sakit dari pada rumah sendiri. Rumah ini selalu mengingatkan pada Nafisha.
Pagi tadi Bintang menyempatkan diri dengan olah raga lari keliling komplek. Dan sekarang ia mencuci mobil, mengecek air radiotar dan oli. Sudah lama mobil ini tidak ia rawat. Tetiba seorang wanita berusia sekitar 38 tahun mengucapkan salam, dan menghentikan aktifitasnya.
“Selamat pagi, apa benar ini rumah Dokter Bintang?”
“Iya, saya Bintang. Silakan masuk?” Bintang membukakan pintu pagar dan mempersilakan ibu ini masuk.
Mereka duduk di teras dan keduanya tampak canggung.“Mohon maaf sebelumnya. Ibu siapa? Sepertinya saya tidak mengenal ibu,”
“Perkenalkan Pak, saya Sintya. Kuasa hukum Ibu Nafisha.” Tangan Sintya terulur, namun disambut malas oleh Bintang.
“Ada keperluan apa Ibu memenui saya?”
“Mohon maaf sebelumnya Pak, saya kesini atas permintaan klien kami, untuk melengkapi berkas perceraian. Sesuai penjelasan klien kami, buku nikah dan akta perceraian Pak Bintang yang simpan,”
“Tinggalkan saja berkasnya di meja. Dan ibu boleh pulang sekarang,”
“Ta-tapi Pak?”
Bintang memasang senyum dan mengakat sebelah tangannya menunjukan arah keluar.
“Silakan Ibu keluar!”Setelah pengacara itu keluar, Bintang kembali menutup pagar.
“Aaaahhh!” teriak Bintang bersamaan dengan sebelah tangan Bintang menghantam dinding tidak berdosa sebagai pelampiasan kekesalan atas keputusan istrinya.
Bintang masuk ke rumah. Dia berlama-lama di kamar mandi bermaksud mendinginkan pikirannya. Setelah salat ia segera merebahkan tubuh untuk tidur. Sudah satu jam lebih di atas tempat tidur, matanya belum juga terpejam. Aroma rambut Nafisha tercium menggoda melalui shampo yang dia pakai. Salah sendiri juga kenapa harus pakai shampo Nafisha?
Setelah beberapa jam dia merasa sudah lebih tenang. Dia mengambil ponsel yang ada di atas meja rias. Dia akan menghubungi Nafisha. Tetapi jarinya tergerak untuk melihat banyaknya pesan yang masuk.
+6285678910**
Hi…,+6285678910**
I love you Zie+6285678910**
I always do, until today, I still have that feeling, like years ago.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang Ku Tunggu
General FictionPendidikan itu penting, itulah yang ditanamkan ayahnya dari dia kecil, dia gadis yang mandiri, tangguh tidak mudah menyerah. Menuntut ilmu baginya adalah suatu seni, belajar dan membaca adalah hobbynya tapi tidak membuat gadis usia menjelang 28 tahu...