Part 40: Datang dan Pergi

373 35 15
                                    

Mengapa manusia lebih menyukai senja daripada fajar?
Karena manusia lebih banyak meratapi kepergian, ketimbang menyambut yang datang.

Kamu yang Ku Tunggu

🌹🌹🌹🌹

Keesokan harinya Nadia dan Bintang dipanggil ke ruang direktur. Mereka harus mempertanggung jawabkan kesalahan yang dilakukan Bintang dan Haikal. Bintang dirumahkan sementara, Nadia mendapatkan sangsi dua minggu tidak boleh praktik. Sedangkan Haikal yang sedang mengambil Sub Spesialis Bedah Toraks dan magang di RS Royal terpaksa dikeluarkan dan harus mengulang di rumah sakit lain dari awal. Pelaku perekaman yang membuat viral perkelahian antara ke dua dokter ini juga di pecat dari pekerjaannya sebagai teknisi gudang.

Hanya Nadia yang kelihatan bersyukur. Dia bisa menyusul ke dua orang tuanya yang masih dinas di luar negeri. Sedangkan Haikal harus mencari rumah sakit tempat magang yang baru. Sementara Bintang juga dipusingkan dengan cicilan rumah dan mobil yang belum lunas.

Beberapa hari ini Bintang mulai mencari Nafisha. Nafisha tidak ada di apartemen. Dirumah orang tuanya pun tak ada. Sahabat yang paling dekat dengannya Nadia, dan Nadia sudah berangkat ke Arab menyusul kedua orang tuanya.

Hari ini Bintang memutuskan untuk menunggu Nafisha di jalan arah ke kantor. Dia berada di sana selapas zuhur hingga kini senja telah muncul. Bintang memaksakan diri menunggu disana karena dia melihat mobil Nafisha terparkir di halaman kantor.

Bintang segera keluar dari mobil ketika melihat seorang wanita hendak naik ojek online.

“Maaf, kamu Salsa ‘kan? Bisa bicara sebantar,” pinta Bintang saat melihat sekretaris Nafisha.

“Maaf Pak Dokter saya buru-buru,”

“Aku mohon. Biarkan aku yang mangantar kamu pulang. Aku hanya ingin tanya kemana istriku dinas.” Bintang menagkupkan kedua tanganya memohon kepada Salsa.

“Setelah apa yang Dokter lakukan pada Bu Nafisha?"

“Neng, jadi naik ojek tidak?” Abang ojol sudah bersiap menjalankan motor sedangkan Salsa belum juga naik.

“Ayo Bang, kita jalan,”

Bintang bermaksud mengikuti Salsa. Dia harus tahu informasi tentang Nafisha. Salsa ternyata tinggal di sebuah kamar indekos yang tidak terlalu jauh dari kantor. Tapi niat untuk bertamu Salsa malam ini ia urungkan. Kamar indekos Salsa khusus putri dan ini sudah malam, tidak selayaknya dia menemui tamu pria malam-malam seperti ini.

Bintang kembali masuk dalam mobil. Ia memilih untuk pulang. Sesampainya di pertigaan sebulum ke arah rumah dia justru melihat mobil April yang terpakir di depan rumah. Akhirnya Bintang berputar arah. Dia memilih menginap di apartemen untuk malam ini.

Sayang, kamu dimana?
Berulang kali Bintang menghubungi nomor Nafisha namun sayang sekali. Tak pernah dia jawab. Bahkan nomornya  diblokir. Dia tidak bisa lagi menghubungi istrinya.

“Kamu  hanya salah paham, sayang. Dari awal aku ingin menceritakan tetapi kamu selalu mengalihkan topik pembicaraan kita. Aku tidak bermaksud menutupi ini semua darimu.” Sambil menatap langit Bintang berbicara sendiri.

Kini Bintang bersandar di sebuah dinding dan menatap langit dalam kegelapan. Rindu kian menjadi, berpadu dengan  rasa penyesalan yang kian menyusup dihati. Dia kembali teringat saat pertama Nafisha marah padanya. Saat ini malam pertemuan kedua keluarga sebalum ta'aruf. Bintang datang terlambat malam itu.

Nafisha kamu baruntung ya, meskipun langit mendung dan hujan kamu tetap bisa melihat Bintang.” Dia teringat gombalan pertamanya untuk Nafisha dulu.

Kamu yang Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang