Setelah mereka menunggu lama, makanan yang dipesan akhirnya datang. Bintang dengan piawai menyiapkan beberapa makanan yang mereka pesan dan minuman diatas meja. Nafisha hendak membantu tapi Bintang menolak, jadi Nafisha asik bercerita dengan nenek di depan ruang TV. Nafisha sesekali melihat Bintang, karena dia merasa tidak enak melihat seorang laki-laki membereskan makanan di dapur.“Bintang sudah biasa membantu Nenek di dapur. Cucu Nenek hanya dia, jadi sudah biasa Dia melakukannya.” jelas Nenek.
“Kalau sekedar masak-masak ringan Dia juga bisa, nasi goreng buatannya juga lumayan, dia sudah terbiasa mandiri, kecuali kalau dia sakit, manja sekali dia dengan Nenek.”
“Nenek, Nafisha makanan sudah siap, makan yuuk, nanti kamu keburu malam pulangnya.”
Nenek dan Nafisha segera menuju ruang makan tempat dimana Bintang berada.
***
Makan malam telah usai, Bintang segera mengantarkan Nafisha pulang. Karena Nenek kelelahan jadi hanya Bintang yang mengantar Nafisha ke apartemen. Dalam perjalanan tidak terlalu banyak percakapan, Nafisha lebih banyak diam sambil memainkan handphone sedangkan Bintang masih fokus menyetir.Bintang memasuki gerbang tol dekat perumahannya dia segera melajukan mobilnya ke arah Jakarta. Sudah masuk tol dalam kota dan Bintang lupa menanyakan alamat apartemen Nafisha.
“Nafisha, kita mau kemana?”tanya Bintang.
“Pulang ke apartemen, besok aku masuk pagi” jawab Nafisha singkat.
“Aku belum tahu apartemenmu dimana”
“Astagfirullah, jadi kita malam ini keliling Jakarta.” tanya Nafisha, dia sadar bahwa arah mobil yang dikendarai bintang telah jauh berbeda dengan arah apartemen Nafisha.
“Maaf, habis navigatornya diam saja, bukan salah driver kalau nyasar.”
Perjalanan malam ini banyak mereka habiskan dengan diskusi masalah pekerjaan mereka masing -masing. Mereka saling bertukar informasi tentang hal-hal yang mereka tekuni. Nafisha mulai tertarik saat Bintang bercerita tentang pasiennya sekarang yang mengalami Twin to Twin Tranfusion Syndrome suatu kelainan pada kehamilan kembar dimana aliran darah kedua plasenta untuk keduanya tidak merata. Nafisha mendengarkan penjelasan Bintang dengan sesekali menatap wajah Bintang karena penasaran.
"Apakah kedua bayinya bisa selamat". Tanya Nafisha
"Kehamilan itu karunia Allah, anak itu amanah dari Allah, manusia hanya bisa berdoa dan berusaha."
Nafisha terlihat cemas dengan jawaban yang diberikan Bintang. Dia hanya menunduk sambil menggigit bagian bawah bibirnya.
"Kenapa Syndrome itu bisa terjadi?" tanyanya lebih lanjut.
"Tidak perlu aku jelaskan sekarang, nanti kamu tidak bisa tidur." jawab Bintang sambil tersenyum
"Nafisha, jika suatu hari nanti kita menikah, maafkan aku jika tidak bisa sepenuhnya mendampingimu. Aku sering pulang larut malam, kadang malah gak pulang kalau sudah ngantuk. Tetapi aku akan tepati janji menjaga komitmen kita."
"Siapa yang mau nikah sama kamu? Jawab dulu pertanyaanku. Kenapa kamu yakin kalau aku yang pantas jadi istrimu?"
"Kamu sudah tahu masalahku, mungkin kamu cuma kasian karena aku tak laku-laku."
Mendengar ucapan dari Nafisha, Bintang segera menepikan mobilnya dibahu jalan. Dia menghentikan mobilnya lalu menatap punggung kerudung Nafisha.
"Tataplah mata ini, kalau saja kamu sudah halal untukku".
"Mau ngapain kamu? ayo jalan !! Nanti kita disamperin mobil patroli."
Yang di suruh menjalankan mobil hanya tersenyum saja, malah membuka jendela dan mematikan mesin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu yang Ku Tunggu
Ficción GeneralPendidikan itu penting, itulah yang ditanamkan ayahnya dari dia kecil, dia gadis yang mandiri, tangguh tidak mudah menyerah. Menuntut ilmu baginya adalah suatu seni, belajar dan membaca adalah hobbynya tapi tidak membuat gadis usia menjelang 28 tahu...