Part 20 : Rasa Ini

328 37 23
                                    

Ini adalah hari ke empat Bintang berada di Surabaya. Dia dengan tim akreditasi rumah sakit sibuk mempersiapkan beberapa SOP/protap (Prosedur Tetap) yang belum ada. Tim ini juga menyewa beberapa konsultan agar mempercepat kinerjanya.
Persentase dari timnya masih sekitar 65% . Ini masih jauh dari syarat aman yaitu 85 hingga 95 %. Kalau sudah begini, rasanya pilih pelayanan dari pada struktural.

Rumah sakit menunjuk Bintang ikut dalam tim ini karena pihak RS tahu jika bintang ini lulusan terbaik Magister Administrasi Rumah Sakit (M.A.R.S) di kampusnya.

Hari sudah malam tapi mata belum mau terpejam. Padahal dua hari ke depan akan semakin padat. Tiga hari di sini hanya selalu diisi dengan meeting dan meeting. Besok baru mulai ke lapangan.

Tiba-tiba ponselnya berdering, panggilan dari rekan satu timnya membuatnya kembali terjaga. Dia bilang ijin untuk pulang ke Jakarta besok, karena anaknya sakit. Tapi Bintang tidak perlu khawatir karena besok ada yang  menggantikan rekannya namanya Devina.
Semoga bisa bekerjasama dengan baik. Doanya dalam hati.

Saat akan kembali memejamkan mata, ponsel kembali berdering. Nomor tidak dikenal muncul di layar handphonenya

“Halo Dok, saya Devina yang menggantikan dokter Bryan, besok kita ketemu di lobby ya.” pinta Devina.

“Langsung ke Ruang meeting lantai 5 saja Dok” jawab Bintang cepat.

"Huuuhh...,"

Bintang terlihat mengeluh. Dia mengacak kasar rambutnya. Jika dengan tim yang kemarin prediksinya dua hari lagi selesai, tapi ini harus ganti anggota tim. Semoga saja sesuai yang diharapkan. Bintang ingin berkeluh kesah pada Nafisha tapi sudah terlalu larut. Dia takut mengganggu Nafisha.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Sebuah notifikasi pesan whatssapp berbunyi segera diliriknya pesan masuk.

Nafisha:
Belum tidur

Bintang:
Lagi tunggu telepon dari seseorang

Nafisha:
Pantes telepon kamu sibuk dari tadi

Bintang:
Jadi dari tadi, mau telepon aku

Nafisha :
Nggak juga sih,
Kenapa nggak ditelepon saja orangnya biar cepat.

Bintang :
Nggak perlu, ini aku lagi tulis pesan buat dia

Mereka ngobrol cukup lama, Bintang minta tips agar dirinya tidak bosan meeting dan meeting terus. Menurutnya lebih enak melayani pasien dengan berbagai karakter ketimbang selalu meeting.

Pagi hari ini Bintang kesiangan. Dia segera berangkat setelah sarapan di hotel. Sampainya di ruang meeting. Seorang gadis berkerudung pink, dengan blazer trend masa kini serta wajah yang disapu blush-on dengan warna terang berada didekatnya.

“Dokter Bintang saya Devina, tim baru anda” ucapnya sambil mengulurkan tangan

Bintang membalas uluran tangan Devina dengan malas-malasan. Dalam hatinya berkata semoga perempuan ini bisa diajak kerja sama. Bintang mulai memaparkan apa yang kurang dari timnya sehingga kekurangan bisa dikejar di minggu ini.

Sudah hampir jam satu siang, disaat yang lain sudah istirahat, Bintang masih berkutat dengan laptopnya. Karena sebentar lagi akan datang konsultan yang diundang untuk persiapan akreditasi ini. Jika akreditasi ini selesai seluruh yang terlibat dapat hadiah paket liburan selama sepuluh hari. Lumayan buat tambah cuti pernikahan pikir Bintang.

Sore harinya Bintang dan Devina kembali ke hotel bersama, sebetulnya Devina tinggal di Surabaya, tetapi rumahnya sangat jauh dari rumah sakit jadi pihak rumah sakit lebih menyarankan untuk menginap dengan beberapa dokter lain. Setibanya di kamar, Bintang ingin refreshing sebentar dia berniat untuk berenang di kolam renang yang ada di hotel. Hampir dua jam dia berenang dan sialnya dia ketemu lagi dengan Devina dan beberapa temannya.

Kamu yang Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang