7 : Menjauh

138 9 0
                                    

Alin berlari sambil menjatuhkan butiran kristal dari matanya, dadanya sesak dan sangat amat sakit. Perlakuan Galang kepadanya hari ini sangat amat membingungkan, pagi tadi Galang sangat perhatian kepadanya, dan hendak pulang Galang malah seperti orang yang tidak pernah Alin kenal.

Alin memutuskan pergi ke taman sekolah yang berada di samping UKS. Alin duduk di bawah pohon mangga yang rindang sehingga dedaunan dapat melindunginya dari sinar matahari yang cukup terik.

Alin melampiaskan segala sedihnya disana, menangis tapi membisu, sedih tanpa suara. Itu yang biasa Alin lakukan saat Ayahnya bertengkar dengan Ibunya. Kejadian itu bukan hanya sesekali, malah sering, Alin hanya bisa berdiam diri di kamar, masuk ke dalam lemari, dan diam di sana hingga ia bisa meredakan sedihnya.

Lalu datang seseorang dan memanggil Alin.

"Alin!" Suara itu terasa tak asing, saat Alin menoleh ternyata itu Ryan.

Buru-buru Alin menghapus air mata yang membasahi pipi Alin, Ryan kaget saat melihat pipi Alin basah.

"Lu nangis Lin?" Ujar Ryan sambil mengusap bahuku.

"E-eng-engga" Jawab Alin sambil tersenyum.

"Perempuan memang ahli ya menutupi masalah," Kata Ryan seraya berdiri dan melangkah ke depan Alin. Laluu...

CEKREKKK!

Satu foto tertangkap di kamera milik Ryan.

"Ihh kak Ryann, jangan gitu ahh. Malu tahu!" Ujar Alin sambil menutupi wajahnya.

"Cerita lah lu kenapa?" Tanya Ryan sambil menatap gadis yang sedang meringkuk itu.

Lalu Alin menceritakan masalahnya ke Ryan.

•••

Hari berjalan begitu cepat, kini Alin sedang bersandar di kasur sambil mengerjakan beberapa PR-nya. Lalu Alin kembali memikirkan kejadian tadi, ada apa dengan Galang. Alin sangat bingung kenapa sikap Galang tiba-tiba berubah sangat dingin seperti tadi, Alin berfikir seraya mengingat, apa dia pernah berbuat salah kepada Galang.

Tiba-tiba seseorang masuk kedalam kamar Alin, dan berhasil membuat Alin tersadar dari lamunannya.

"Alinnn!" panggil Siska, bundanya Alin membawa nampan dengan segelas susu serta sepiring roti coklat.

"Bunda" jawab Alin yang langsung mempalingkan tatapan kosong tadi menjadi kearah Siska.

"Nih roti sama susunya" Ujar Siska sambil menaruh susu dan sepiring roti coklat itu di atas meja belajar.

Alin kembali melamun, sehingga Siska sadar akan hal itu dan menanyakannya kepada Alin.

"Kamu kenapa nak?" tanya Siska seraya duduk di samping Alin sambil mengusap lembut rambut Alin.

"Engga bun" jawab Alin singkat.

"Kamu bohong ya sama bunda?" tanya lagi Siska, menegaskan.

"Serius bun, aku gapapa." jawab Alin sekali lagi.

"Yaudah kalo gitu, bunda tinggal ya."

Alin hanya membalasnya dengan anggukan kecil, lalu Siska pergi meninggalkan kamar Alin.

Beribu pertanyaan kini membanjiri pikirannya, apa yang membuat Galang berubah siang tadi.

Pikiran itu berlanjut hingga ia tertidur.

•••

Seminggu berlalu, tidak ada kelakuan Galang yang setiap hari menghampiri Alin, entah itu di kelas ataupun di kantin.

GALANG [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang