39 : tungguan.

89 4 0
                                    

Dan Galang pun mencoba meraihnya, setelah berusaha sekuat tenaga, dan akhirnya Galang berhasil meraihnya. Galang di tarik sekuat mungkin. Hingga iya terpental dan..

"Galang! Gue sayang lu!" teriak Alin.

Tiba-tiba sebuah keajaiban datang, bagian dada Galang terangkat seperti orang yang kehilangan nafasnya selama beberapa menit, lalu kembali bernafas. Lalu tubuh Galang kembali tersungkur di tempat tidur itu. Alat EKG jantung Galang kembali berjalan, menimbulkan suara ninut dan kembali menggerakkan garis yang bergerak turun naik.

Meskipun alat itu bekerja kembali, namun Galang tidak kunjung membuka matanya. Dokter pun memeriksa keadaan Galang. Dokter saja sampai kaget, orang yang tadi ia periksa sudah tidak ada denyut nadinya. Kini nadinys kembali berdenyut.

"Ini adalah anugerah dari Allah. Pasien diberikan kesempatan kedua untuk hidup. Namun, pasien masih dalam keadaan koma. Yang tidak bisa kita ketahui sampai kapan. Cukup berdoa kepada yang kuasa, untuk cepat di sadarkan. Terimakasih. Permisi." Dokter memberi tahu kepada semua yang berada di kamar itu. Lalu menghilang begitu saja di balik pintu keluar.

Alin kembali terisak. Allah masih memberikan kesempatan untuk dia kembali melihat Galang. Kini dia hanya perlu berdoa kepada Allah, yang terbaik untuk Galang.

"Alhamdulillah, Lang." Alin masih terisak dalam tangisnya.

Semua yang berada disana pun pulang, kecuali Alin dan keluarga Galang. Raja sempat merasa gagal menjadi dokter, karena dia sendiri hampir tidak bisa menyelamatkan nyawa putranya. Namun perasaan itu kian dipendamnya. Karena putranya kini mendapatkan kesempatan kedua.

Galang mendapat beberapa operasi, karena luka sayat dan juga luka tembak yang ia terima. Alin tertidur di sofa bersama Rahma. Alin memimpikan dirinya sedang berada di sebuah bangku taman bersama Galang di sampingnya. Begitu indah, namun tak bertahan lama karena Caca membangunkan Alin untuk sholat subuh.

Subuh itu Alin, Raja, Caca, dan Rahma memanjatkan doanya untuk Galang agar segera di sadarkan. Namun doa itu tidak terjabah secepat yang mereka inginkan.

•••

Alin yang hampir menginjak semester terakhir kini datang membawa sebuket bunga, untuk di kamar Galang. Wati sudah ada disana, di samping Galang. Alin dan Wati membuat jadwalnya masing-masing untuk menjaga Galang. Walau kadang orang tua Galang juga suka menjaganya.


Kini gilirannya Alin. Wati beranjak dari kursinya, berpamitan dengan Alin yang baru saja masuk ke kamar Galang. Alin mengganti bunga yang sudah mulai layu, dalam vas bunga di atas nakas.

Alin mencuci vasnya, lalu mengganti airnya. Tidak lupa juga dia menaruh sebuket bunga yang ia bawa. Alin duduk dikursi samping ranjang milik Galang. Alin menggenggam tangan Galang, hanya itu yang ingin ia lakukan. Rutinitasnya ini sudah berjalan dua tahun kurang satu hari. Dan berarti, Galang juga tidur selama itu.

Alin tidak tahu harus berapa lama lagi dia menunggu, Galang untuk membuka matanya. Selama hampir dua tahun Galang menutup matanya, dua tahun dia tidak melihat dunia.

"Lang, hari ini adalah poto selfie kita yang ke 730 kali. Say cheese!" Alin memfoto dirinya dengan Galang yang sedang tertidur pulas tanpa tahu kapan dia terbangun.

Alin memfoto dirinya yang setiap hari menjaga Galang. Dan hari ini tepat pada foto ke-730. Alin tidak pernah bosan melakukan itu. Menurutnya, mungkin ini sesuatu yang bisa ia hadiahkan untuk Galang, saat dia terbangun.

"Lang, bangun dong. Biar entar, malam tahun baru bisa nemenin aku." Alin mencoba berinteraksi kepada Galang, walau dia tau Galang tak dapat mendengarnya. Setidaknya Alin bisa bercerita apapun kepada Galang.

GALANG [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang