24 : !kinaP

111 6 0
                                    

"Lin!" panggil seseorang yang suaranya sangat familier. Lalu Alin menoleh ke arah sumber suara.

"Kenapa Yan?" tanya Alin dengan tatapan penuh pertanyaan

"Gue mau ngomong!"

"Soal?"

"Ayah lo!"

Alin membulatkan matanya, nafasnya mulai tidak teratur. Apakah Ryan benar-benar tau informasi tentang ayahnya.

Alin keluar dari kamar Galang, meninggalkan Galang di kamar sendirian. Alin dan Ryan duduk di ruang tamu, Ryan mulai mengambil nafas untuk menceritakan sesuatu yang dia tau.

"Lin, lu pernah bilang kan, kalau ayah lu udah meninggal?" tanya Ryan memulai pembicaraan.

"Iya, lu udah nemuin makamnya Yan? Dimana Yan? Dimana? Dimana?" Alin sangat ingin tahu keberadaan makam ayahnya karena setelah ayahnya meninggal, Alin tidak pernah berkunjung ke makam ayahnya.

"Bukan itu, Lin!" kata Ryan dengan raut wajahnya yang serius.

"Lalu?"

"Ayah lu, masih hidup!"

Serrrr!

Sekejap jantung Alin berhenti berdetak, pikiran Alin sudah kabur kemana-mana, kosong, benar-benar kosong.

"Ayah lu, ternyata ayah kandung gue!"

Kini ekspresi yang Alin berikan adalah kaget, takdir apa ini? Ternyata ayah Alin masih hidup, dan ternyata teman yang Alin pernah suka itu adalah anak dari ayahnya.

"Jadi dulu mamah gue nikah sama ayah kita. Dan mamah gue nikah sama papah gue yang baru ini, alhasil mamah pisah sama ayah. Dan setelah ayah pisah sama mamah, ayah menikah lagi dengan bunda lu. Dan alasan kenapa ayah kita ninggalin bunda lu, gue masih belum tahu. Tapi setidaknya gue tau, lu adek gue." ujar Ryan seraya memeluk Alin yang air matanya yang terbendung di kantung matanya.

"Gue abang lu, Lin." ujar Ryan yang kini juga terisak tangis.

"Iya bang!" kata Alin dalam tangisnya.

"Woyyy! Bukan muhrim woy!" teriak Rhaka' seraya menuruni anak tangga.

"Ah, merusak moment lu Kha'!" ujar Ryan yang langsung melepas dekapannya.

"Yehh, lagian lu berdua pelukan di rumah orang! Lu juga kan belum cukup umur!" ucapnya penuh penekanan.

Ryan berdiri dari duduknya, lalu melangkah mendekati Rhaka'.

"Eh-eh-eh mau ngapain lu?" tanya Rhaka'  sambil mundur-mundur.

"Nih bukan muhrim nih!" kata Ryan sambil memeluk Rhaka' dengan erat.

"Idihhhh! Ryan, gue tampol luh! Ryan!" teriak Rhaka' seraya memberontak dari dekapan Ryan.

"Ada apaan sih ribut-ribut?" tiba-tiba Galang sudah berada di tengah-tengah anak tangga.

"Eh, Lang? Lu jangan kemana-mana dulu! Lu belum sembuh." kata Alin seraya menyusul Galang yang sudah setengah jalan.

"Udah sembuh! Bete gue di kamar doang." ucap Galang sambil memegang gagang tangga dengan kedua tangannya.

"Pelan-pelan!" Alin membantu Galang menuruni satu persatu anak tangga yang menuju lantai bawah.

"Ini nih, si Ryan sama Alin tadi pelukan, Lang!" ujar Rhaka' penuh rasa kesal karena di peluk Ryan.

"Hah?" Galang membulatkan matanya, menatap tajam ke arah Ryan.

"Santuy, Lang. Gue sama Alin punya satu darah yang sama. Ternyata bokap kandung gue sama bokapnya Alin itu sama. Jadi gue sama dia itu Dekak." kata Ryan dengan cengengesan. "Oh iya Lin. Bokap besok balik ke Indo! Kita ketemu ya ntar." ujar Ryan sambil mengusap rambut Alin pelan.

GALANG [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang