26 : Manjat.

91 6 1
                                    

"Dian, yah!" dua kalimat yang terucap dari mulut Alin, karena tidak kuat menahan air matanya.

Ayah tercengang, sama tidak percayanya seperti Alin. Kini air matanya pun ikut berjatuhan membasahi pipinya.

"Diana? Ini kamu? Dian?" tanya ayah sambil memegang kedua pipi anaknya.

"Iya, yah. Ini Dian." jawab Alin terisak.

Ayah menempelkan dahinya ke kepala Alin. Benar-benar waktu yang sangat panjang, 11 tahun tidak bertemu, dari TK hingga sekarang. Akhirnya di pertemukan kembali ikatan ayah dan putrinya. Ryan terharu melihat pertemuan itu sehingga tidak kuat membendung air matanya.

•••

"Ayah meninggalkan kamu, karena kemauan bunda kamu. Bunda tidak tahu kalau ayah itu duda. Sampai saat kamu umur 3 tahun, mamahnya Ryan datang kerumah, karena suaminya yang baru tidak memberikan uang bulanan. Dan saat bunda tahu kalau ayah adalah duda anak satu, bundamu mengusir ayah. Dan hal yang kamu perlu tahu, Fathur bukan anak ayah,Fathur adalah anak dari almarhum suaminya bundamu." jelas ayah panjang lebar.

"Rumit banget si yah, Dian pusing." keluh Alin.

"Kamu baru menjadi anak, apalagi nanti saat kamu berumah tangga?" ujar ayah seraya mengusap bahu Alin.

"Bilang apa dulu dong, sama abang Ryan." kata Ryan membetulkan kerah bajunya.

"Iya, iya. Terima kasih abang Ryan." ucap Alin sambil memeluk Ryan.

"Iya, sama-sama, adikku." kata Ryan seraya membalas pelukan Alin.

Lalu, ayah ikutan juga. Memeluk kedua anaknya, yang kini sudah sangat amat besar. Hari itu adalah hari paling bahagia bagi Alin.

•••

Waktu demi waktu terlewati, melepas rasa rindu selama 11 tahun. Alin terlalu senang bertemu ayahnya, banyak pertanyaan dan juga cerita yang ingin ia sampaikan, hingga lupa kini sudah pukul tujuh malam.

"Lin, pulang yuk! Udah jam tujuh." Ujar Ryan seraya meminum air teh yang sudah di sediakan.

"Yahhh, Ryan.. Gue masih kangen sama ayah." kata Alin sambil memasang muka menggemaskannya.

"Pulang dulu sana! Besok masih bisa ketemu ayah lagi. Sudah malam juga, pulang ya sayang." sekarang ayah yang buka suara.

"Yaudah deh. Pulang dulu ya, yah." ucap Alin seraya mencium punggung tangan ayahnya.

"Pulang dulu ya, ayah. Assalamu'alaikum." begitu juga dengan Ryan.

"Assalamu'alaikum." sambar Alin.

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya.." kata ayah.

•••

Tidak terasa, dengan cepat Ryan melesat dengan motornya, membelah kemacetan ibukota.

"Makasih ya, Ryan. Lafyu bang!" ucap Alin seraya memeluk Ryan yang berada di atas motor.

"Iya sama-sama adek. Sana masuk, ganti baju terus tidur. Jangan lupa sholat isya." balas Ryan. Lalu Ryan menancap gasnya, dan pulang kerumahnya.

"Hati-hati Yan!" kata Alin

Alin masuk kerumah, baru saja membuka pintu, Alin langsung di sambut oleh bunda dengan raut wajah yang sedikit marah.

GALANG [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang