18 : Taruhannya?

104 6 0
                                    

Duggg!

Galang terbentur pintu, ia lupa membukanya.

"Hati-hati Lang." ujar Alin cengengesan.

Galang pun beranjak keluar dari kamar Rahma.

Lalu Alin dan Rahma tertidur, berkat hembusan angin dari AC-nya.

•••

Sinar matahari kian masuk lewat sela-sela ventilasi. Dan sinarnya berhasil mengenai wajah Alin, ia terbangun, nyawanya belum juga kembali. Melihati seisi kamar dan terpaku pada satu benda, Jam. Alin kaget karena menunjukkan jam sudah pukul 6.30. Alin langsung membangunkan Rahma, lalu mereka berdua mandi dan kini sudah rapih mengenakan seragamnya.

Saat sampai bawah sudah terdapat Caca, Raja, dan Galang yang baru duduk di meja makan.

"Eh Alin, Ama. Sini sarapan!" ucap Caca lembut dengan nada keibuan.

"Gak sempet deh kayaknya bun. Ama telat ntar, 20 menit lagi masuk." gumam Rahma dengan muka paniknya.

"Hah? Kamu ngaco ya? Sekarang aja baru jam enam lewat." ujar Raja seraya menyuap nasi goreng bikinan istrinya.

Lalu Alin dan Rahma melihat jam dinding yang berada di lantai bawah. Dan benar saja, sekarang masih jam 6 lewat.

Alin dan Rahma langsung membuang jauh-jauh raut muka panik itu dan duduk di kursi yang kosong. Galang menahan tawanya melihat Alin dengan raut wajah yang panik.

"Yahhh, di tipu jam kamar." keluh Ama yang langsung memakan nasi gorengnya.

"Alin, makan dulu nak." ujar Caca sambil menuangkan air ke gelas Alin.

"Iya tante, makasih." balas Alin sambil tersenyum ke Caca.

"Jangan panggil tante dong..., masa panggil Om, Ayah, panggil tante, gak bunda." jelas Caca seraya duduk kembali di kursinya.

"I-i-iya bunda."

"Nahhh!" ucap Caca sambil tertawa.

Lalu mereka menyelesaikan makannya lalu beranjak ke mobil putih milik Caca. Kini yang mengantar bukan Caca, melainkan Raja.

"Lang sekolah gimana? Nilai aman kan?" tanya Raja sekaligus memecahkan keheningan.

"Iya aman." jawab Galang lemas.

"Udah punya pacar belum?" pertanyaan yang tidak diduga keluar dari mulut Raja. Alin membulatkan matanya setelah mendengar pertanyaan itu, karena memang dasarnya Alin menyukai Galang si spesies langka itu.

"Be-bel-belum." jawab Galang gugup dan langsung membuang pandangnya ke kaca mobil yang menampakkan kendaraan lain.

"Cari dong, nanti kenalin sama Ayah. Oke?" ujar Raja sambil tersenyum ke arah putranya.

Galang hanya mengangguk sebagai jawaban. Mencari? Untuk apa yah? Dia malah satu mobil dengan kita, dan gak perlu di kenalin, ayah juga udah kenal. Batin Galang.

•••

Saat sampai di depan sekolah, mereka berdua turun dan mencium punggung tangan milik Raja. Sementara Rahma masih di dalam mobil, sambil mengerjakan PR-nya.

Galang dan Alin berjalan di satu koridor yang sama. Memang kelas Alin dan Galang melalui jalur yang sama tapi akan berpisah di belokan.

"Lang! Lu gak pake dasi?" tanya Alin seraya menatap Galang.

"Susah pakainya." ucap Galang yang tangannya belum kunjung sembuh total.

GALANG [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang