27. Kilas Balik

6.3K 296 3
                                    


Flashback On :

Arka POV

      Aku menikmati masa di pesantren dengan penuh suka duka. Aku senang bisa berkesempatan memperbaiki diriku dipesantren ini, bisa bertemu kawan-kawan baru yang berpengaruh positif untuk diriku. Kehidupan yang sangat berbeda kutemui dipesantren, mulai dari bangun pukul 2 dini hari untuk sholat tahajud di lanjut sholat subuh lalu mengaji hingga pagi tiba. Dan dilanjut sekolah dan kegiatan lainnya.

Jauh berbeda dari sebelumnya yang bangun kesiangan dan jarang menunaikan sholat subuh. Sekolah pun aku sering membolos,tawuran dan masuk ruang BK. Kehidupanku dipesantren lebih tenang dan damai.
Ketika awal masuk pesantren aku memang masih malas-malasan untuk bangun di jam yang masih di bilang enak-enaknya orang tidur itu. Namun, kawan sekamarku Abdul lah yang selalu menasehati dan memberiku ceramah-ceramah singkat.

"Bagaimana kamu jadi imam, kalo imamin diri sendiri aja susah," kata Abdul yang telah kewalahan membangunkanku sedari tadi.

"Kamu bilang mau jadi yang lebih baik lagi. Mau jadi calon imam yang baik untuk makmum mu nanti, lalu apa kau yakin dengan bermalas-malasan seperti ini ada wanita yang mau memilihmu menjadi imam?" cercah Abdul geram denganku yang malas saat itu.

Aku yang mendengar perkataan Abdul langsung bangkit dari tidur, memoriku terbesit nama 'bunda' dan 'Agiswara'. Dua wanita yang tak boleh ku kecewakan.

"Ayo, kita ke masjid!" seruku bersemangat, lalu berjalan mendahului Abdul. Dan Abdul hanya menggelengkan kepalanya.
Setelah beberapa minggu akhirnya, aku mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri untuk bangun pagi. Satu tahun telah ku lewati di pesantren bersama dengan Abdul dan kawan-kawan lainnya.

-----

Hari itu, ada ujian bagi yang memiliki niatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di sekolah. Aku dan Abdul pun juga tertarik untuk mengikutinya.

"Kamu mau masuk ke univ mana, Ka?" tanya Abdul.

"Belum tau, kalo kamu?" tanyaku balik.

"Aku pengen ambil yang di Kairo, itupun kalo aku lolos, sih."

"Jangan ragu dong, Dul. Katamu jangan menyerah sebelum berperang,kan?" kataku mencoba menyemangati kawanku, Abdul.

"Siap!!"

Setelah beberapa hari dari test itu, penguman telah ada dan tenyata Abdul masuk di perguruan tinggi di Kairo seperti yang ia mimpikan.

"Arka... Aku lolos test.." teriak Abdul bangga padaku yang pada saat itu baru saja selesai sholat dhuha di masjid sekolah.

"Kamu serius, Dul?"

"Iya, pengumuman sudah ditempel di mading. Cepat lihat hasilmu, Ka."

"Baiklah, ayo!"

"Aku akan sholat dulu, kamu sendirian aja."

"Oh, oke."

Aku segera berlari menuju kerumunan siswa di depan mading. Mereka saling berdesakan ada banyak ekspresi setelah melihat hasilnya, bahagia,sedih dan ada juga yang tetap memasang wajah datar. Perlu di ketahui sekolahku ini khusus laki-laki ya, jadi mereka bebas berdesakan.

Aku menunggu hingga kerumunan itu sedikit sepi, agar lebih mudah untuk mencari namaku.

"Arka Mahendra, dengan nilai 80,85,88 dan 90. Diterima di universitas Maroko." Aku mengeja tulisan yang ku tunjuk.

"Kamu masuk di Maroko, Ka. Sama dong!"

Aku masih blank, sangat blank. Seperti yang kalian tau otakku sedikit, bergeser.

My Young Husband [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang