43. Akhir Yang Bahagia

17.5K 467 22
                                    


Seandainya kehidupan ini hanya tentang bahagia saja. Mungkin kamu tidak akan pernah menemukan titik bahagia yang sesungguhnya.

         Suara lantunan ayat suci Al-Quran terdengar merdu dari bibir Arka. Seusai sholat subuh bersama dengan keluarga kecilnya. Agiswara nampak khusyuk menyimak bacaan Al-Qur'an yang Arka baca. Sedangkan kedua anaknya memperhatikan ayahnya dengan tatapan kagum.

"Bun, Argi kalo gede juga mau pinter ngaji kayak ayah," bisik putra kecilnya pada Agiswara.

"Iya, makanya Argi nggak boleh males-malesan kalo waktunya ngaji," jawab Agi sambil menyubit gemas hidung putranya.

"Shodaqallahul adzim.."

"Argi sama Giska mau ayah ajarin ngaji nggak nih?" tanya Arka pada kedua anaknya.

Dengan antusias Argi mengangguk yakin. "Argi mau, yah."

"

Gica uga," jawab Giska yang tak kalah antusiasnya.

Senyum Arka mengembang. Anak-anaknya sangatlah menggemaskan, apalagi melihat anak-anaknya yang antusias belajar mengaji seperti ini. Hatinya merasa bahagia, "mini duduk deket ayah!"

Agi ikut mengembangkan senyumnya. Tak disangka, Arka yang dulu sempat ia ragukan untuk menjadi imamnya kini telah berhasil menjadi imam yang sempurna dan menjadi seorang ayah yang hebat.

Memori otak Agi kembali mengingat kejadian pertama kali ia dipertemukan dengan Arka. Sungguh lucu, pertemuan tanpa sengaja itu ternyata memiliki hikmah yang sangat besar.

Dari awal bertemu Arka masih seorang pelajar SMK yang nakal dan hobi tawuran. Bahkan, Agi bertemu dengan Arka ketika Arka sedang dikeroyok oleh preman. Kejadian yang tak pernah terbayangkan oleh keduanya.

Hari-hari mulai saling mengenal, semakin dekat sampai akhirnya dipisahkan karena kepergian Arka ke pesantren hingga kini bisa hidup bersama. Bisa tinggal dalam satu atap rumah yang sama dan memiliki dua buah hati.

Agi kembali menyunggingkan senyumnya. Pertemuan tak terduga di gang malam itu bisa berakhir pernikahan ini.

"Ra, kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Arka membuyarkan lamunannya.

Agi mencoba menetralkan wajahnya, "Ha, iya."

"Kamu kenapa?"

"Nggak apa-apa. Argi sama Giska mana?" tanya Agi yang baru menyadari bahwa anak-anaknya telah tiada di tempat.

Arka menggelengkan kepalanya, "Udah keluar dari tadi, Ra. Kamu aja yang dari tadi ngelamun sambil senyum-senyum sendiri."

"Oh."

"Mikirin apa?" tanya Arka dengan tangan yang terulur membelai puncak kepala Aggi yang tertutup mukena.

"Awal kita ketemu. Lucu ya." Agi menyunggingkan senyumnya.

"Iya lucu, dari awal kita ketemu sampek sekarang kamu tetep aja pendek." Dengan gemas Arka menyubit pipi istrinya.

Agi mengerucutkan bibirnya, "Ih, kamu aja yang terlalu tinggi."

"Kamu yang pendek, sayang." Arka menyubit kedua pipi Agi dengan gemas.

"Aduh-- sakit, Mahen!!!!" teriak Agi kesakitan.

Keduanya tertawa bersama, sambil sesekali menceritakan hal-hal lucu yang terjadi antara keduanya di masa lalu. Kenangan memang tak perlu dilupakan. Hanya perlu disimpan dalam hati, dan diceritakan sebagai pelajaran di masa yang akan datang.

My Young Husband [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang