49. Lapangan bola

2K 71 23
                                    

"Halo nama saya murti cantika delvia" ucap Murti memperkenalkan namanya dengan senyum lebarnya.

Ana menatap murti dengan tatapan tidak suka, "ck, masa yang jadi tunangan bang Aksa jelek banget" cibir Ana jujur

"Halo" ucap Alin yang juga tersenyum, "Aksa ayo kenalan"

Aksa diam, dia sama sekali tidak berdiri atau pun berjabat tangan. Raut kesal terlihat jelas dari wajah Aksa, jika kesal bisa mengeluarkan asap mungkin kepala aksa sudah mengeluarkan asap sangat banyak.

"Sa? Ayo kenalan" ulang Alin

Murti yang sedang fokus melihat Aksa mengalihkan pandangan kearah Alin. "ah, kita udah pernah kenal sebelumnya" ujar Murti sembari tersenyum.

Alin pun mengerti, "serius? Di mana" tanya Alin menatap keduanya.

"Kita satu sekolah tante" balasnya

"Aoh, kok tante enggak tau?kamu juga Aksa nggak pernah cerita?" tanya Alin

"Aku jarang banget keluar kelas tante" jawab murti lagi, Alin langsung mengerti dan menganguk.

"Oke langsung keinti aja ya? Kita mulai pertunangan ini mau kapan?" Tanya Andre

"Lebih cepet lebih bagus" ucap Wanita yang berada disamping murti sembari tersenyum lebar

"1 minggu lagi?" Tanya pria yang berada didepan Andre

"Boleh juga, bagaimana? Murti,Aksa kalian setuju" tanya Andre yang melirik Aksa agar dirinya menyetujui ucapannya.

Bukan menjawab Aksa malah bangun dari duduknya, "enggak! Aksa sama sekali nggak setuju!" Ucap Aksa

"Aksa" panggil Andre, "maafkan anak saya, dia hanya bercanda" lanjut Andre menatap kearah pria itu

"Kenapa? Emang dari pertama Aksa udah gak mau!" Ucap Aksa dengan santai, lalu matanya melirik kearah murti dengan tatapan sangat-sangat benci. "Sebenernya saya bakal terima perjodohan ini. Tetapi tau calon saya dia?" Aksa menunjuk Murti.

"Saya nggak akan sudi!" Ucap Aksa dengan tajam

Andre dan Alin menatap anaknya dengan wajah tak percaya, sedangkan Aksa hanya tersenyum sinis. "Apa alasan kamu nolak ini?" Ucap Andre

"Pertama, Aksa punya pacar. Kedua, Aksa gak mau dijodohin. Ketiga, dia bukan cewek yang Aksa mau. Empat, dia manusia tapi berhati iblis" jawab aksa cepat

Andre tersenyum mengejek, "Tau dari mana kamu dia tidak baik?!"

"Saya lebih tau dari pada anda" ucap Aksa langsung berjalan keluar dari ruangan itu.

Alin menatap kearah murti dan kedua orang tuanya dengan rasa sangat bersalah, "Maafkan anak saya, dia memang seperti sifatnya" ucap Alin sembari membungkukan tubuhnya sedikit.

"Tidak apa-apa, namanya anak remaja" ucap wanita paruh baya

"Atas nama besar keluarga kami, kami ucapkan maaf sebesar-besarnya" ucap Andre yang juga membungkukan badannya.

"Aku sangat tau, dia pasti akan bersifat sama seperti mu, jadi aku memakluminya" ucap pria paruh baya sembari menyuruh Andre tegak kembali.

Andre tersenyum, "murti tolong memaafkan Aksa" ucap Andre.

Murti yang sedang melamun langsung tersentak, "ah, iya om aku tidak masalah" ucap murti dengan lembut.

Andre menatap Alin dan yang lain, "kalo gitu kami pamit dulu, dan sekali lagi saya meminta maaf. nanti saya bicarakan lagi dengan Aksa" ucap Andre yang bangun dari duduknya, diikuti oleh semuanya.

Aksa[Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang