Wajah itu terasa gak asing di kepalanya. Butuh beberapa waktu untuk terus mengingat wajah itu di memori otaknya.
Tangannya di silangkan di dadanya. Wajah dengan ekspresi sedang berpikir pun terpasang di wajahnya.
"Hayo. Inget gak kamu dek?" Tanya perempuan paruh baya itu.
"Hmm.. adek kaya pernah inget mah. Bentar.. adek lagi inget-inget ini."
"Kamu beneran udah lupa?" Tanyanya lagi.
Dan di jawab dengan anggukan.
"Ya udahlah dek, sekarang kamu siap-siap gih. Siapa tau kalo dari Deket kamu inget. Mamah ke bawah ya. Kamu siap-siap cepetan."
Ara kembali mencoba untuk mengingat kembali sosok laki-laki yang kini sedang berada di luar rumahmya itu bersama dengan papahnya dan mungkin kedua orang tua dari laki-laki itu.
Entahlah, pertemuan macam apa yang akan di laksanakan hari ini.
Ara pun kembali memperlihatkan penampilan nya di pantulan kaca meja riasnya.
Dan bergegas untuk ke bawah, menyambut tamu yang sudah di beri tahu oleh mamahnya.
Ara menuruni anak tangga sambil melihat sosok yang sedang berjalan ke dalam rumahnya.
Ara sudah mempersiapkan senyuman manisnya untuk menyambut tamu yang datang ke rumahnya.
"Siang Om.. Tante." Ucap ramah Ara sambil Salim ke tangan yang di pastikan adalah kedua orang tua lelaki itu.
"Assalamualaikum, Ara. Ya ampun udah gede aja." Ucap pria paruh baya itu.
"Eh iya, walaikumsalam om. Hehehe." Ucap kikuk Ara.
Ara pun mencoba untuk mengulurkan tangannya kepada sosok laki-laki yang sudah ia coba untuk mengingat nya itu.
Dengan ramah Ara mengulurkan tangannya mencoba untuk bersikap ramah.
"Ara." Ucap Ara memperkenalkan namanya.
Bukannya membalas, laki-laki itu hanya mengangkat tangannya dan menolak ukuran tangan Ara.
"Dhika." Ucapnya.
Ara pun agak kaget dengan penolakannya itu tapi ya sudahlah. Dia terlalu malas untuk memperpanjang nya.
Sebelum semuanya berniat untuk menuju ke ruang makan, Ara sebetulnya agak risih dengan pandangan Ibu dari laki-laki bernama Dhika itu.
Ara jadi bertanya-tanya dalam hatinya. 'apa ada yang salah sama penampilan gue hari ini?'.
Mengingat, Ara hanya memakai baju kaos warna merah yang di masukan ke dalam celana jeans-nya.
Kira-kira seperti ini lah penampilan Ara saat ini.
Masih terlihat sopan kan?
Semuanya pun sudah berada di meja makan untuk bersiap menyantap makanan yang sudah di siapkan oleh mamah dan Ara sedari subuh tadi.
"Ayo semuanya di makan. Jangan sampe ada yang nyisa ya?" Ucap Mamahnya Ara yang di sambut tawa oleh semuanya.
"Oh iya, Ara masih inget Doy gak?" Tanya papah nya Dhika ke Ara.
"Doy?" Tanya bingung Ara.
Pasal nya, Ara gak tau siapa Doy yang di maksud nya.
"Dhika teh panggilannya Doy. Masa gak inget?"
Ara pun mencoba memaksa otaknya agar mengingat sosok laki-laki yang ada di hadapannya itu.
"Pipo pipo, laba laba sesedo. Samanando. Hampere hampere pipo." Ucap tiba-tiba dari mulut Doy yang membuat semuanya bingung.
Ara sudah melebarkan mulutnya dan matanya.
"Ah!!"
"Doy anak komplek B 7 kan?"
"Lho, udah inget kamu dek?" Tanya mamah nya Ara.
"Iya! Adek sering main pipo pipo itu dulu di pendopo sama Doy. Ya ampun ih Doy hahaha pangling banget sumpah."
Sosok laki-laki bernama Doy itu hanya senyum dan melanjutkan makannya.
Waktu pun sudah menunjukkan sore hari. Keluarga Doy pun bersiap untuk pamit.
"Makasih lho udah mau di repotin." Ucap mamah Doy.
"Ah, nggak sama sekali ibu Lina. Kita atur lagi ya jadwal buat ketemu."
Ara hanya bisa senyum selagi mengantar orang tua Doy.
Tanpa sadar Doy sedang berada disamping Ara.
"Sorry ya Doy. Gue baru inget Lo. Gue orangnya lupaan."
Doy ketawa. "Santai aja."
"Hehe. Kapan-kapan main kuy."
"InsyaAllah ya Ra. Kalo lagi gak ada jadwal kumpulan IREMA sama kajian."
Ara sebenernya bingung harus jawab apa. Masalahnya Ara tadinya hanya sekedar basa-basi saja.
"Oalah siap Doy."
"Oh ya Ra."
"Kenapa?"
"Lo belum berubah ya?"
"Hahaha emang kenapa Doy?"
"Gue kira.. sebelum ketemuan Lo, Lo udah berhijab tapi ternyata belum ya? Hehe"
Untuk kedua kalinya, Ara gak tau harus jawab apa.
"Doain ya nak Dhika. Biar Ara di kasih hidayah sama Allah." Ucap tiba-tiba mamahnya Ara
"Hahaha amin Tante. Doy doain. Soalnya sayang aja, dosa Ara masih di tanggung om."
Ara masih belum bisa jawab apa-apa. Ia memilih diam dan menggaruk kepala bagian belakangnya.
Rasanya Ara mau marah tapi Ara berpikir, marah untuk apa? Semua perkataan Doy benar.
Sudahlah. Pikirnya.
Mereka pun pamit dari rumah Ara.
"Mah mah mah!" Panggil Ara ke mamahnya
"Apa dek?"
"Kok..... Doy agak nyebelin ya?"
Happy reading gaes.
Jangan lupa like komen ramein dah pokoknya 👌😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam • Kim Doyoung✔[SUDAH DITERBITKAN]
Fanfictionketemu temen SD tiba-tiba udah hijrah terus di ajak ta'aruf sama umi abinya? gimana tuh reaksi nya Ara?