10; sosok perempuan sholehah

13.7K 2K 139
                                    

Ara sedang berada di kamar Jeffrey.

Gak aneh, kalau Ara memang sering berada di kamar Jeffrey. Tenang saja, mereka sudah seperti ini sejak mereka SD.

Ara sedang berbaring di kasur Jeffrey, sedangkan Jeffrey sedang main games di komputer nya.

Ara sedari tadi hanya melamun sambil menatap langit-langit kamar Jeffrey.

"Ahhh!!!!!"

"KAGET RA!"

"Jeff...."

"Hmmm"

Jeffrey belum lepas pandangan nya dari layar komputernya.

"Jeffrey..."

"Hmmmm?"

"Jeff ih!"

"Apasih Ra?"

Bukannya menjawab, Ara malah menangis.

"Yah yah yah kok malah nangis sih Ra? Iya iya gue matiin ini game nya. Duhhh kenapa nih anak malah nangis sih?"

Ara sesegukan, sedikit melebih-lebihkan tangisannya.

"Ra! Kenapa si? Jangan buat gue panik dong."

"Gue kemaren habis dari rumahnya Doy.."

"Terus?"

"Terus makan sama umi Abi nya."

"Terus?"

Ara menelan ludahnya dulu. Dan, ugh.... Ingusnya sedang terjun bebas.

"Ininih tissue." Jeffrey memberikan tissue ke Ara.

Ara membersihkan ingusnya.

"Terus apa yang buat Lo nangis gini?"

Ara malah menyenderkan kepalanya di bahu Jeffrey.

Jeffrey terdiam sejenak.

"Ra?"

"Lo tau kan gue mau di jodohin? Terus ta'aruf tanpa pacaran itu."

"Iya.. terus?"

Ara menghela nafasnya.

"Lo tau kan, gue... Nggak, semua orang gak suka kan di banding-bandingkan?"

"Iyalah gak suka."

"Gue ngerasa... Padahal gue sama Doy bahkan belum memulai suatu hubungan aja udah berat gini bagi gue."

Ara menangis lagi.

"Kata mamah, ini akan menjadi yang terbaik untuk hidup gue. Tapi, kenapa yang gue terima malah rasa sakit?"

Jeffrey diam, membiarkan sahabatnya meluapkan emosinya.

"Gue tau. Gue belum jadi cewek Sholehah. Tapi....ah udahlah."

Jeffrey menahan kepala Ara. Dan memegang kedua pipi Ara.

Jeffrey melihat muka Ara yang sudah penuh dengan air mata dan ingus nya itu. Ugh

Jeffrey tertawa sebentar, lalu menatap Ara serius lagi.

"Ra... Dengerin gue."

Ara hanya bisa diam.

"Jangan pernah memaksakan diri Lo."

"Lo hebat. Lo orang hebat Ra. Kita temenan udah bertahun-tahun dan Lo orang yang baik Ra. Lo selalu baik ke orang lain. Lo selalu nangis kalo habis ngasih sedekah ke kakek-kakek yang suka jualan di kampus. Lo suka ngasihin baju Lo padahal baru sebulan Lo beli tuh baju ke anak yatim. Dan Lo masih bilang, Lo bukan cewek baik?"

Ara hanya melihat Jeffrey

"Ara... Sahabat gue yang paling gue sayangi. Dengerin gue lagi..."

"Mereka cuma belum kenal Lo aja. Mereka baru melihat Lo dari luarnya diri Lo. Mereka belum tau, bagaiman baik nya Lo itu."

"Ra... Gue mohon sama Lo. Lo jangan pernah nangis lagi kaya gini. Oke?"

Ara hanya mengangguk dan kembali menenggelamkan kepalanya di bahu Jeffrey. Seakan sudah jadi tumpuan Ara ketika ia sedang merasa sulit.


Ara yang masih ada matkul pun kembali lagi ke kampusnya dengan di antar Jeffrey.

Sedangkan Jeffrey sudah tidak ada matkul dan berencana menjemput pacarnya, yaitu Rose.

Ara berjalan menuju kelasnya.

Sebelum dia memasuki gedung fakultasnya itu, ia bertemu Annisa. Jujur, Ara masih belum move on dari kejadian semalam

Dan entah kenapa merasa ada sedikit rasa kesal pada cewek bernama Annisa itu, anehnya Annisa tidak melakukan apapun padanya.

Dasar hati Ara nya saja yang dengki.

Ara mencoba untuk tersenyum kepada Annisa.

"Heiii Ara?" Sapa Annisa ramah

"Hai."

"Ada matkul Ra?"

"Iya nih hehe. Lo juga nis?"

"Baru beres ini mau ketemuan sama anak-anak IREMA." Ucapnya masih dengan senyuman anggunnya.

Lagi-lagi Ara membandingkan dirinya dengan Annisa dalam benaknya. Ara melihat balutan jilbab yang Annisa pakai terlihat begitu rapi dan terasa nyaman.

Ara melihat penampilan Annisa yang begitu menyejukkan. Berbeda dengan dirinya mungkin yang hanya memakai celana jins boyfriend dan Hoodie.

"Ra?"

"Eh, iya nis?"

Annisa tersenyum manis ke Ara, dan mendekati dirinya ke Ara.

"Salam kenal ya, semoga kita bisa jadi temen."

Annisa mengulurkan tangannya ke arah Ara dan memeluk Ara dengan erat.

"Tadi malem kita belum kenalan secara resmi."

"Ah, bener juga nis hahaha."

"Gue udah denger dari umi nya Doy. Lo ya yang mau di ajak ta'aruf sama Doy?" Ucap Ara curiga sambil terus menampilkan senyuman tulusnya.

"Hehe gue gak yakin hal itu."

"Kenapa?"

Ara hanya mengangkat kedua bahunya.

"Just like, gue gak cocok sama Doy." Jawab Ara dengan senyuman

Annisa melihat Ara sejenak.

"Apa yang buat Lo berpikir kaya gitu Ra?"

"Ya... Lihat gue. Gue berbeda banget dengan kepribadian Doy. "

"Terus kalo berbeda? Emang harus sama Ra?"

Ara diam. Agak kaget dengan ucapan Annisa.

"Ra... Doy juga pasti merasa gak cocok sama Lo. Karena Lo imut, Lo lucu, cantik lagi." Ucap Annisa sambil memegang bahu Ara.

"Lo punya kelebihan. Doy punya kelebihan. Dan pasti kalian juga punya kekurangan."

Tidak. Ara merasa ingin menangis. Benar sekali apa yang di ucapkan Annisa ini.

Hatinya ingin mengurungkan niat rasa kesalnya kepada Annisa.

Annisa orang yang baik.

Baik dan Sholehah pastinya.

Hari ini, untuk kedua kalinya.

Ara berterima kasih kepada Allah.

Karena pertama, Ara punya sahabat seperti Jeffrey.

Dan kedua, Ara dipertemukan oleh seorang cewek yang baik hati, yaitu Annisa.

Calon Imam • Kim Doyoung✔[SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang