Ara mematung mendengarkan perkataan yang Doy barusan lontarkan.
"Lo gak kerasukan kan Ra?"
"Gila ya lo!" Kata Ara sewot
"Hahaha, yaudah pulang yuk."
"Gak mau. Gue masih mau nanya-nanya ke lo"
"Duh, nanya apa lagi sih?"
"Perasaan apa yang lo punya ke gue?"
Doy diam dan menatap kesa Ara. Ara ini pura-pura bego atau bagaimana?
"Kalo gue jelasin perasaan gue ke lo itu kaya gimana, itu cuma sia-sia Ra. Gak ada gunanya. Lo udah sama Brian. Buat apa lo tau perasaan gue?"
Kalimat Doy barusan berhasil menampar Ara secara tiba-tiba.
"Jangan biarkan hati lo di bagi menjadi dua potongan. Satu untuk Brian dan satu lagi untuk gue."
Ara masih terdiam.
"Dah ah yuk cabut! Lo mau pulang apa masih betah disini? Apa mau nunggu wewe gombel jemput lo?"
"IH! apaan sih bawa-bawa setan!"
"Ya habis diem aja. Buruan masuk mobil."
Ara pun dengan wajah kesalnya naik ke dalam mobil Doy.
"Gimana lo sama pacar lo sekarang?"
"Apaan sih pertanyaan lo?!" Jawab Ara sinis sambil memasang seat beltnya.
Doy hanya tertawa meremehkan.
"Lo seneng yang gue sama dia lagi gak baik hubungannya?"
"Dih, bodo amat gue mah mau kalian gimana juga. Bukan urusan gue ini."
"Yaudah ngapain lo nanya-nanya kaya gituan!"
"Yaudah sih biasa aja. Gimana mamah sehat?"
"Sok akrab banget lo manggil mamah?! Biasanya juga tante?!"
"Sumpah.. lo dariradi nyolot banget Ra."
"Ya lo yang bikin gue ngolot."
"Salah mulu perasaan gue."
"Emang."
Doy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai menjalankan mobilnya.
Di tengah-tengah keheningan di dalam mobil. Ponsel Ara bergetar bertanda ada yang telepon.
Doy sedikit melirik ke arah ponsel Ara. Berusaha mau tahu siapa yang neleponnya.
"Kenapa gak di angkat?" Tanya Doy
"Bukan urusan lo"
"Ganggu banget tau suara getarnya. Angkat aja lah!"
"Apaan sih!"
Dan Ara pun mengangkat teleponnya.
"Paan?!"
"Ra..."
"Iya apaan? Cepetan ngomong"
"Kamu dimana? Aku ke rumah ya?"
"Gak usah. Aku lagi gak di rumah"
"Kamu dimana emang sekarang?"
"Di luar."
"Dimananya Ra? Biar aku susul kesana"
"Gak usah ini lagi di jalan mau pulang"
"Oh gitu... sama siapa?"
Ara melirik sebentar ke arah Doy.
"Sendiri."
Doy yang mendengar itu hanya tersenyum sinis.
"Sendiri katanya... hahahaha"
"Lho, itu suara siapa Ra?"
Ara melihat Doy kesal. Doy hanya mengejek Ara sambil masih fokus mengemudi mobilnya.
Ara menghela nafasnya panjang.
"Sama Dhika."
Brian terdengar diam sejenak.
"Oke. Kalo udah sampe rumah kasih tau aku ya?"
"Hm"
Ara pun menutup teleponnya.
"Oh ya, gimana setelah kemaren lo sholat tahajud? Enakan?" Tanya Doy tiba-tiba
Ara mengangguk, "Iya Doy. Hati gue serasa tenang gitu."
Doy mengangguk paham, "Bagus. Berarti lo sholatnga sungguh-sungguh."
"Yaiyalah, masa gue main-main sih sholatnya?!"
"Sumpah ya Ra lo ke si Brian aja gak senyolot ini? Kenapa ke gue nyolot terus sih?!"
"Maaf."
"Au ah. Sebel gue"
"Dih? Kenapa jadi lo yang marah?"
"Siapa yang marah?!"
Ara melihat Doy lalu tertawa terbahak-bahak. Ara merasa lucu saja dengan tingkah mereka berdua yang seakan tidak mau kalah.
Doy yang lihat Ara tertawa pun ikut tertawa mengerti akan situasi mereka saat ini.
"Lo lucu ya Doy kalo ngegas gitu." Kata Ara di sela-sela tawanya.
"Lo juga manis kalo ketawa lepas gitu."
Ara yang mendengar itu langsung diam dan menatap Doy dengan ekspresi tak terduga.
"Ngomong apa lo barusan?! Ayo ulang lagi!!! Gue gak denger?"
Doy terlihat malu.
"Udah nyampe noh."
"Ih! Gak masuk dulu?"
"Tadinya mau, tapi denger lo mau ketemu Brian disini gak usah deh. Ntar Brian sakit hati, mamah lo lebih milih gue daripada dia."
"Sumpah Doy. Geer banget lo jadi orang?"
Doy tertawa.
"Yaudah gue masuk ke rumah ya. Lo hati-hati. Thanks udah anterin."
"Ya sama-sama. Salam buat mamah dan kak Johnny ya?"
"Siap."
"Eh iya Ra..."
Ara yang hendak membuka pintu mobil pun terhenti ketika Doy memanggil namanya.
"Kenapa?"
"Gue tadi habis banget nonton habibie Ainun 3."
"Terus?"
"Ada kalimat habibie yang masih terngiang-ngiang di otak gue."
"Apa tuh?"
"Mau serumit dan sedalam apapun suatu hubungan, kalo gak satu frekuensi ya gak akan terjalin."
Ara hanya diam mengamati perkataan Doy tadi.
"Semoga lo sama Brian sefrekuensi deh...."
Ara masih diam, masih menelan kata-kata Doy barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam • Kim Doyoung✔[SUDAH DITERBITKAN]
Fanfictionketemu temen SD tiba-tiba udah hijrah terus di ajak ta'aruf sama umi abinya? gimana tuh reaksi nya Ara?