11; I'm different!

13.3K 1.9K 254
                                    

Hari ini Ara di jemput oleh Doy. Doy tadi yang mengajaknya untuk pulang bareng, sekalian mau ketemu mamahnya Ara, sudah lama katanya.

Ara pun yang sudah menunggu Doy di depan fakultas selama 10 menit.

Ara terus-terusan melihat jam di hapenya. Katanya Doy akan datang 5 menit lagi tapi ini sudah telat 5 menit. Percayalah... 5 menit itu lama.

Saat Ara sedang memainkan hapenya.

Ada sosok lelaki yang melewatinya sambil menaiki sepeda.

Ah...

Sepedanya seperti tidak asing?

Ara pun melihat ke arah orang yang menaikinya.

"Hai Ara."

Ara pun tersenyum lebar.

Brian rupanya.

"Hai kang. Lagi ngapain kang?" Tanya Ara sambil menghampiri Brian

Brian hanya mengangkat Tote bag nya yang berisi kertas. Pasti itu adalah draft skripsi.

Ara melihat Brian prihatin.

Tapi Brian hanya tertawa.

"Semangat mengejar S.Kom kang Brian!" Ucap heboh Ara.

Brian tertawa terbahak.

"Lo lagi ngapain Ra di depan fakultas? Kaya penunggu disini aja?"

"Ih akang ngomongnya. Lagi nungguin yang ngejemput ini. Belum dateng-dateng."

"Akang anterin aja yuk? Tapi gue bawa dulu motor di base camp. Masa nganterin nya naik sepeda lagi hahaha"

Ara pun tertawa.

"Seru juga kang naik sepeda."

Brian melihat Ara tertawa.

"Tapi gak usah deh kang, tuh udah Dateng yang ngejemput." Kata Ara sambil menunjuk ke arah mobil Doy.

Brian pun melihat mobil Doy.

"Bentar Ra."

Ara pun memberhentikan langkahnya.

"Malam Minggu, gue mau manggung di kafe samping kampus. Dateng ya?"

"Oke! Gue duluan ya kang." Ara pun pergi meninggalkan Brian

Ara pun masuk ke dalam mobil Doy.

Tanpa membuka pembicaraan, Ara hanya memasangkan seat belt nya dan diam.

Doy hanya melihat Ara sedari tadi.

Doy juga bingung harus memulai pembicaraan seperti apa.

Mengingat sejak pertemuan dengan umi abinya, Doy belum berkomunikasi lagi dengan Ara.

Ara diam, Doy pun terdiam.

"Lo laper gak--"

"Nggak." Ara langsung menjawab pertanyaan Doy secepat kilat.

Doy pun merasa kikuk.

"Ra..."

Ara hanya diam

"Maafin gue."

Ara menengok ke arah Doy.

"Maafin umi Abi gue."

Ara hanya melihat Doy. Menunggu Doy melanjutkan omongannya.

"Gue tau, Lo pasti merasa sakit dengan beberapa perkataan umi Abi gue."

Ara hampir menangis. Akhirnya, Doy mengerti dirinya.

"Tapi Ra.."

Ara masih setia melihat Doy.

"Apa yang di bicarakan umi Abi gue itu bener."

Ara mengerutkan dahinya.

Ah.... Apa harus Ara tarik kata-katanya tadi?

"Lo harusnya bisa liat Annisa..."

Ara langsung membuka seat beltnya.

"Ra! Please jangan lagi..."

"Apa?! Gue kira Lo tulus mau minta maaf ke gue. Tapi ujung-ujungnya Lo masih membandingkan diri gue dengan Annisa!"

"Kita harus membandingkan diri kita dengan yang lebih baik agar kita tuh bisa berubah jadi yang lebih baik lagi Ra..." Ucap Doy mencoba selembut mungkin

"Gue bukan Annisa!" Bentak Ara.

Doy menahan emosinya.

Doy merasa sedang meladeni anak perempuan yang susah di atur

Jujur, perasaan Doy itu campur aduk.

Rasa ingin menjitak kepala Ara yang keras kepala.

Rasa marah karena susah sekali nurut dengan perkataannya.

Dan...

Rasa sayang, karena takut Ara hanya akan terus menambah dosanya.

Doy akhirnya hanya menghela nafasnya kasar.

"Gue sama Annisa beda! Gue ya gue! Annisa ya Annisa!"

Ara pun menangis.

"Eh, kok Lo nangis sih Ra?"

"Apa?! Lo mau bilang gue baperan??"

"Iya! Gue baperan! Kenapa?!"

Doy hanya diam. Ingin rasanya Doy meraih tangan Ara. Menenangkan nya. Ahhh sayang, mereka belum muhrim.

Ara hanya menangis sesekali sesegukan.

"Gue mau pulang sendiri."

"Jangan gini Ra."

Tanpa menjawab, Ara keluar dari mobil Doy.

Calon Imam • Kim Doyoung✔[SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang