18; Pernyataan Jujur

11.7K 1.7K 159
                                    

Ara gak bisa tinggal diam.

Ini terlalu terburu-buru. Ara harus bertemu dengan Doy sekarang juga!

Ara bergegas ke fakultas pendidikan dan ke kelas Doy. Kebetulan Doy sedang ada kelas sekarang.

Ara melihat kelas Doy, dan sudah bubar.

Ara pun melihat Doy baru keluar dari kelasnya, Ara langsung menghampiri Doy.

"Doy!"

"Lho Ra?"

"Ikut gue."

"Kemana?"

Ara hanya melihat Doy dan jalan mendahului Doy. Doy mengikuti Ara dari belakang

Ara mengajak Doy warung nasi Padang. Doy bingung, kenapa dia di ajak ke warung nasi Padang sama Ara?

"Gue laper, harus makan dulu sebelum ngomong sama Lo."

Ah tidak... Doy mau tertawa tapi terlalu gengsi.

Mereka pun memesan nasi Padang dan memakannya.

Ara begitu lahap menyantap makanannya.

"Pelan-pelan Ra.. pamali."

Ara sempat kesal, tapi ia tetap saja nurut dan makan pelan-pelan.

Terlihat Doy tersenyum simpul dengan perilaku Ara yang penurut itu.

Ara menaruh sendok garpu nya membuat suara.

Doy sedikit kaget.

"Kita gak bisa khitbah. Bahkan ta'aruf."

Makanan yang masih ada di mulut Doy pun segera di telan nya. Kaget. Doy melebarkan matanya.

Ara menghela nafasnya.

"Gue gak bisa." Kata Ara yang belum bisa menatap balik Doy.

"Kenapa?" Tanya Doy datar

Ara belum menjawab, dia masih menunduk melihat piring nya.

"Gak bisa...." Suara Ara bergetar.

"Gue gak bisa Doy... Gue gak bisa jadi sosok yang Lo inginkan."

Doy masih diam. Bingung dengan situasi ini.

"Lo terlalu sempurna untuk gue yang seperti ini... Gue gak pantes buat Lo."

"Kenapa Lo berpikir kaya gitu?"

Ara mengangkat kepalanya, menatap Doy. Lihatlah, bahkan Ara ingin menangis tanpa alasan yang jelas

"Karena kita gak akan bisa sama-sama."

Hati Doy terasa berhenti sejenak. Entahlah, Doy juga merasa aneh.

"Gue belum bisa jadi sosok kaya Annisa.. gue banyak kurangnya. Gue gak bisa sama Lo Doy. Bahkan..." Ara memotong pembicaraan

Doy terus menatap Ara, menunggu Ara melanjutkan obrolannya.

"Bahkan kita saling gak tau gimana perasaan kita sesungguhnya."

Perkataan itu membuat Doy terdiam.

"Lo suka sama gue Doy? Nggak kan? Apa itu akan berjalan dengan baik kalo kita nya aja gak saling suka..."

Doy menaruh sendok garpunya.

"Kita gak akan pernah bersatu Doy... Karena gue merasa Lo terlalu jauh untuk gue. Seakan, Lo udah berada di garis finish sedangkan gue untuk ada di garis start aja masih belum."

Doy masih enggan membuka mulutnya.

Ara melihat Doy, dan saat itu juga Ara menangis.

Doy kaget, tapi dia masih terlihat tenang.

"Gue gak bisa jadi istri Lo Doy.." kata Ara sambil meneteskan air matanya.

"Gue gak bisa jadi sosok yang sempurna buat Lo..." Suara Ara mulai serak.

Rasanya, Doy ingin menghapus air mata yang ada di pipinya...

"Ya Allah... Maafkan aku untuk kali ini..." Benak Doy.

Doy mengangkat tangannya dan menghapus air mata Ara yang ada di pipinya.

Ara kaget bukan main..

"Oke... Kalo emang itu mau Lo Ra... Gue akan turuti. Tapi, jangan nangis ya?"

Ara masih diam mematung dengan sikap Doy ini.

Mereka pun selesai makan dan Doy berniat untuk mengantar Ara pulang

Sedari tadi mereka belum membuka mulutnya masing-masing.

Terasa canggung diantara mereka berdua selama di perjalanan.

Ara terus menengok ke arah Doy berkali-kali. Tapi Ara merasa Doy terlihat tenang.

Mereka pun telah sampai di rumah Ara.

"Salam ya buat Tante sama om dan bang johnny." Kata Doy.

"Iya.."

Ara pun melepas seat beltnya.

"Maafin gue ya Ra..."

"Hah?"

"Maaf kalo sikap gue selama ini bikin Lo sedih dan bikin Lo sering nangis."

Ara diam.

"Gue lakuin itu karena gue sayang sama lo."

Seperti ada bom yang tiba-tiba jatuh ke dalam diri Ara, ini adalah pernyataan Doy yang membuat Ara kaget sampai mematung.

"Udah gih masuk. Gue mau lanjut ke kampus lagi."

"Oh.. iya." Ucap Ara yang masih linglung

Doy pun pergi dari rumah Ara.

"Doy, sayang sama gue?"

"Hah????!!!"

Calon Imam • Kim Doyoung✔[SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang