32; Brian's statement

10.7K 1.7K 185
                                    

Saat ini Brian sudah berada di depan rumah Ara. Brian duduk di atas motornya.

Ara keluar dengan mengenakan sweather dan celana piyama warna coklat susu. Tak lupa ia juga mengenakan jilbab rabaninya.

"Hai.." sapa kaku Brian takut salah ngomong ke Ara.

Ara hanya diam sambil sedikit memanyunkan bibirnya. Rupanya dia masih ada rasa kesal.

"Kamu sehat kan?"

"Sehat"

"Bagus. Udah boleh belum aku jelasin semuanya?"

Ara melihat dulu Brian.

Ara pikir, memang sudah waktunya Ara mendengarkan penjelasan dari Brian. Selama ini kan dia hanya mendengar cerita dari Jeff.

"Yaudah, ayo masuk."

"Nnngg, Ra. Di kafe aja mau gak? Atau dimana gitu?"

Ara mengerutkan dahinya

"Kenapa? Gak mau masuk? Najis ya rumah aku?"

Brian terlihat takut. Karena sepertinya Ara mulai bad mood.

"Eh eh bukan Ra duh... aku cuma..."

"Cuma apaan sih? Orang cuma ngobrol doang bukan mau ngasih seserahan. Cepetan deh."

Ara pun meninggalkan Brian. Brian mau tidak mau mengikuti Ara dari belakang untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Duduk." Perintah Ara ke Brian

Brian menurutinya dan duduk di kursi teras depan rumah Ara.

"Bentar, aku bawain teh dulu."

Kesel-kesel pun Ara masih punya adat bertamu.

Ara kembali dari dalam dengan membawakn segelas teh manis hangat untuk Brian.

Brian melihat Ara sedikit canggung.

"Ra..."

Ara menatap Brian.

"Kangen ih. Kaya udah lama banget gak ketemu kamu."

Aduh, sebetulnya Ara deg-degan banget Brian ngomong gitu ke dirinya. Tapi Ara harus jaim bagaimanapun caranya.

"Apaan sih! Udah cepetan ngomong"

Brian menghela nafasnya panjang.

"Jadi gini Ra..."

Ara mendengarkan Brian dengan seksama.

"Aku, sama Rose emang deket."

Ara langsung mengubah ekspresi wajahnya.

"Tunggu dulu dong Raaa. Aku kan belum selesai."

"Yaa emang aku kenapa? Cepetan, terus gimana?"

"Aku gak yakin mau lanjut atau nggak?"

"Oh? Yaudah aku juga gak yakin hubungan kita mah lanjut atau nggak?"

Tiba-tiba keduanya hening.

Sial!

Ara merasa dirinya sudah salah ngomong kepada Brian. Bagaimana ini? Terkutuklah Ara!!

Ara ingin mengurungkan perkataannya tapi dia masih terlalu gengsi untuk menarik kata-katanya.

Brian menundukkan kepalanya.

"Maafin aku Ra.."

Ara masih terdiam.

"Cuma itu kayanya yang bisa aku omongin ke kamu." Kata Brian sambil menatap Ara

"Aku sama Rose itu emang deket. Karena dia juga sering manggung sama band aku. Dari situ aku suka anter jemput dia karena ya tujuan kita emang sama."

Ara masih enggan menatap Brian.

"Aku emang ada rasa sama Rose...."

Baru kali ini Ara menoleh ke arah Brian denga ekspresi kaget.

"Selagi kita jalan bareng..."

"Wow"

"Karena aku pikir. Kamu juga sama Ra."

"Hah? Kok aku?" Tanya Ara heran

"Kamu juga punya seseorang di hati kamu kan, selain aku?"

Ara kaget. Perasaannya benar-benar susah untuk dijelaskan. Bahkan, dirinya sendiri saja tidak tahu, hatinya ada di siapa?

"Lo salah besar, Brian."

Tiba-tiba sosok suara itu datang di tengah-tengah pembicaraan Ara dan Brian.

Rupanya itu Doy.

"Di hati nya dia bukan ada nama lo maupun gue."

"Ngapain lo ikut campur? Perasaan gue sama Ara gak ada ngomongin lo deh?" Kata Brian sedikit sewot

Doy tersenyum sinis.

"Sorry kalo gue lancang. Cuma statement lo yang bilang gak cuma lo di hati Ara gue kepikiran nama gue aja gitu."

"Lagian lo serakah banget jadi orang. Kalo suka sama yang laen kenapa harus ke orang lain lagi si?" Kata Doy kesal

Brian mengusap wajahnya kasar.

"Ra.... maafin aku. Aku sama Rose udah gak ada hubungan apa-apa lagi kok. Aku sama dia beda agama. Gak mungkin aku sama dia sejalan."

"Tapi kamu gak sayang kan sama aku?" Lirih Ara

Brian terdiam sejenak

"Kamu juga sama kan?"

Doy hanya menyaksikan keduanya.

"Terus, kalo kalian gak saling suka kenapa pacaran sih? Heran gue."

Calon Imam • Kim Doyoung✔[SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang