Doy sekarang sudab berada di depan rumah Ara.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam. Eh nak Dhika. Masuk sayang." Kata mamahnya Ara
Doy pun tak lupa salim kepada mamah nya Ara.
"Bentar, tante panggil Ara dulu ya nak. Araaa~" kata mamah Ara
"Apa?" Ara langsung keluar dari kamarnya dan melihat ternyata ada Doy juga disana
Ara langsung masuk ke dalam kamar lagi. Doy hanya bisa melihat ke atas dan memalingkan pandangannya saat tau Ara sedang gak pake jilbab.
"NGAPAIN SIH KESINI GAK BILANG-BILANG?" Kata Ara yang sambil membetulkan jilbabnya dan turun ke bawah
"Heh! Siapa suruh kamu boleh marah ke anak mamah?"
"Apa? Anak mamah?"
Doy hanya tertawa melihat mamah Ara dan Ara bertengkar kecil.
"Ra, ada yang mau gue omongin ke lo."
"Yaudah, kalo gitu tante tinggal ya?"
"Iya tante."
"Paan?" Kata Ara sambil duduk
"Yang tadi. Kita lanjutin."
Ara hanya diam memainkan bantal sofanya.
"Lo pas di mobil ngomong apa sih? Gue gak ngerti?"
Ara melihat Doy kesal, "Sumpah ya, lo nyebelin banget Doy. Lo mau liat gue malu ya? Lo emang paling demen bikin gue malu!"
"Ya Allah, Ra. Bukan gituuu"
"Terus apa?!"
"Jangan marah dong..."
"Siapa yang marah!"
"Ini apa?"
Ara menyilangkan kedua lengannya ke dada.
"Coba, lo jelasin lagi perlahan. Biar gue paham. Sumpah, gue gak ada niatan buat lo malu."
Ara melihat sebentar Doy.
"Gini lho. Gue kan... gue kan bilang kalo pas gue sholat istikharah gue liatnya sosok lo."
"Iya, terus?"
Ara menghela nafasnya dulu.
"Ya gue minta maaf."
"Maaf kenapa? Ininih yang gue bingung. Kenapa lo minta maaf?"
"Karena..." Ara memberhentikan bicaranya dan melihat Doy ragu
"Karena gue takut lo merasa terbebani sama omongan gue ini. Terus- gue ngerasa gue gak tau malu banget..."
"Terbebani apa sih, Ra? Terus kenapa lo ngerasa gak tau malu?"
"Duhhh... lo bego juga ya ternyata?"
"Yaudahlah gak apa-apa lo ngejek gue. Tapi sekarang gue emang beneran gak paham, Ra.."
Ara mendengus kesal.
"Gue takut. Lo merasa terbebani padahal lo mungkin udah ada calon taarufan lo atau apa kek itu. Terus gue dateng-dateng bilang kalo sosok lo dateng saat ibadah sepertiga malam gue. Gue ngerasa gak tau malu banget tau gak?!"
Doy terdiam. Rupanya Ara salah paham terhadpanya.
"Gue juga gak tau Doy sumpah! Gue gak tau kalo sosok lo yang bakal muncul! Serius..."
"Ra..."
Ara menoleh ke arah Doy.
"Iya gue tau Doy. Gue emang gak tau malu kan?"
Doy menggelengkan kepalanya.
"Gue belum ada pengganti lo buat di ajak taaruf... dan, emang gak kepikiran orang lain selain diri lo buat gue ajak taaruf."
Ara melihat kaget Doy.
"H-hah?"
Doy memegang kedua tangannya.
"Lo mau nikah sama gue, Ra?"
"Dek?"
"K-kenapa kak?"
"Bengong terus ih. Makan dong. Keburu dingin"
"I-iya ini di makan."
"Kakak udah di angkat jadi pegawai tetap. Bentar lagi kakak juga udah mau ajak kak Luna tunangan."
"Iya.."
"Kamu tau kan? Kakak gak akan nikah dulu sebelum ada yang jagain kamu, dek?"
Ara menoleh ke Johnny.
"Gimana?" Kata Johnny sambil makan
"Gak tau."
"Doy ngomong sesuatu kan ke kamu?"
Ara melihat Johnny kaget, "Tau darimana?!"
Johnny tersenyum, " Tau lah!"
Ara mengaduk -aduk makanannya.
"Dia ngajak nikah."
Johnny tersedak.
"Terus gimana?!"
"Gak tau.... Adek bingung bangettt"
"Bingungnya?"
"Adek masih kuliah... adek mau kerja dulu sebelum nikah..."
Johnny tidak bisa mengelak, karena ini adalah kehidupan Ara. Dia harus memilih sendiri untuk kehidupannya.
"Dek... kakak percaya banget sama adek. Apapun pilihan Adek... pasti itu akan jadi yang terbaik, tapi ingat."
Ara menoleh ke Johnny
"Selalu kaitkan Allah di dalam setiap keputusan yang adek buat. Oke?"
Ara tersenyum tulus ke kakaknya, "Makasih kak.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam • Kim Doyoung✔[SUDAH DITERBITKAN]
Fanfictionketemu temen SD tiba-tiba udah hijrah terus di ajak ta'aruf sama umi abinya? gimana tuh reaksi nya Ara?