Pagi ini Valerie ingin memeriksa kondisinya ke rumah sakit, karna rasa sakitnya sejak malam belum membaik.
"Morning sayang".
Lucas mencium kening Valerie, saat ini mereka akan segera melalukan sarapan, sebelum Lucas verangkat ke restoran.
"Morning, cepat sarapan, aku akan membangunkan Renan".
"Oke, makasih, oh ya kamu jadi kerumah sakit".
"Iyaa jadi".
"Maaf karna lagi lagi aku tidak bisa mengantarmu".
"Iyaa bukan masalah, selesaikan saja urusanmu, setelah itu aku akan oergi ke butikku".
"Terimakasih sayang".
"Sama sama sayang".
Lucas mulai sarapannya, sedangkan Valerie membangunkan putranya dan memandikannya, kemudian bergabung untuk sarapan.
Usai Lucas pergi Valerie dan Renan bergegas menuju sebuah rumah sakit, karna sudah membuat janji tadi malam.
Di rumah sakit.
"Renan sayang, tunggu dan duduk seventar oke, mommy akan di oeriksa oleh dokter".
"Oke mommy".
Valerie meminta putranya itu duduk tenang di dalam, saat ia sedang di periksa oleh dokter.
"Selamat untuk nyonya Valerie, anda akan memilki seorang anak lagi".
"Maksud dokter aku hamil".
"Ya nyonya, ini sudah memasuki bulan ke dua, anda tidak boleh kelelahan, aku akan memberikan Vjtamin untuk anda dan anak anda".
"Ahh terimakasih dokter".
Valerie menerima sebuah resep, kemudian bersalaman dengan sang dokter dan keluar dari ruangan itu dengan senyuman manis.
"Mommy, apa aku akan punya adik kecil".
"Emmm iyaa sayang, kau akan punya adik, apa kau senang em".
"Akuu senang mommy, senang sekali, heheh aku punya adikk holee".
"Kemari anak mommy, kau ingin apa ? Nanti mommy belikan".
"Enan mauu esklim, enan mauu pelmen kapan".
"Baik baikk anakku, marii"
Valerie menggandeng tangan Reval hendak keluar dari rumah sakit, namun matanya menangkap sosok yang tak asing vaginya.
Yaa dia Reval, sedang terduduk lemas di kursi roda, dan di dorong oleh seorang dokter yang tak asing juga Valerie, dokter keluarga Reval.
"Ommm repallll".
Renan berteriak, dan berlari mendekati Reval, membuat Valerie juga harus ikut mendekat ke arah Reval.
Reval dan dokter yang sedang mendorongnya sontan menengok ke arah panggilan itu.
Reval terkejut juga senang, bahkan sang dokter juga tak kalah terkejutnya dengan sosok anak itu, dan sosok ibunya yang sedang mengejarnya.
"Sayang jangan teriak dan berlari di rumah sakit oke, maafkan putra saya"
"Ahhg maaf mommy, aku melihat om repal yang menemaniku membeli esklim, jadi aku ingin menyapanya mommy".
"Haloo renan, halo Vale".
Kini Raval yang berbicara menyapa ibu dan anak itu, dokter juga membungkuk sopan.
"Om om kenapa duduk di kulsi loda om, apa om takit? Kata bunda kalau takit halus makan yang banyak, juga minum obat om, om halus minum obat".
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOY
RomancePERINGATAN!! cerita ini mengandung unsur dewasa! bagi pembaca yang tidak nyaman , harap skipp bagian bagiannya terima kasihhh !