Chapter 5

281 26 3
                                    

Nikko memarkirkan Rubicon Hitam miliknya di basemant gedung apartemen tempat ia tinggal. Carmina tidak menyangka kalau apartemen yang Nikko tinggali adalah apartemen kelas menengah yang fasilitasnya biasa saja. Bukankah perusahaan ayahnya membangun gedung-gedung dan apartemen mewah dimana-mana? tapi Nikko malah tinggal di apartemen yang jauh dari kata mewah.

"Ayo turun" ucap Nikko lalu membuka pintu mobil.

Carmina dengan ragu membuka pintu mobil lalu mengikuti langkah-langkah Nikko ke depan Lift. Dia menempelkan sebuah kartu, lalu lift melesat ke lantai 10. Carmina menjaga jarak di belakang Nikko beberapa langkah. Mereka akhirnya berhenti di pintu kamar nomor 1011. Nikko menempelkan kartu di pintu lalu pintu terbuka. Carmina masih diam mematung di tempat ia berdiri. Menyadari hal itu, Nikko lalu menahan gagang pintu dan berbalik menghadap Carmina.

"Jangan mikir hal-hal yang diinginkan ah, nanti kejadian beneran loh" Nikko menggoda Carmina sambil tersenyum jahil.

"Gak lucu, aku ini perempuan baik-baik, aku tunggu di luar saja" ucap Carmina merasa kesal.

"Nikko sayang... kau berbicara dengan siapa?" ucap suara wanita yang begitu hangat dari dalam kamar Nikko

Apa dia menyembunyikan seorang wanita di dalam kamarnya? apa dia pacarnya? sial, kenapa dia mengajakku ke sini? apa aku harus jadi obat nyamuk diantara pasangan yang sedang memadu kasih? kurang ajar kau Nikko. Batin Carmina menggerutu.

"Iyaa Mama, aku datang bersama Asisten Pribadiku" ucap Nikko tanpa persetujuanku lalu menarik tanganku.

Carmina akhirnya memasuki ruang apartemen Nikko yang tidak begitu besar. Ada kasur besar berukuran king bed, Sofa panjang dekat jendela, meja makan yang mirip dengan mini bar, dapur kecil, kamar mandi, dan 1 pintu kamar yang berukuran lebih kecil dari kamar utama. Carmina bisa melihat penampakkan wanita yang memanggil Nikko dengan sebutan sayang. Wanita paruh baya yang begitu cantik dan elegan. Bola matanya berwarna coklat, sama seperti Nikko, yaa itu adalah nyonya Miranda Pillar, mamanya Nikko.

"Mama habis membereskan kamarmu, berantakan sekali. Kapan kamu mau pindah ke apartemen yang lebih layak? Ayahmu punya banyak unit yang bisa kamu tinggali" ucap Nyonya Miranda lalu memeluk putra kesayangannya.

"Nikko baik-baik saja di tempat ini Ma, harga sewanya cukup terjangkau. Lagi pula aku tidak berniat tinggal di apartemen selamanya. Aku ingin punya rumah sendiri. Aku masih menabung untuk rumah impianku Ma"

Nikko mendapatkan kecupan lembut Mama-nya di bagian pipi "Bayi kecil Mama sekarang sudah dewasa, Mama sangat bangga padamu. Oiyaa kamu tidak memperkenalkan perempuan cantik yang bersamamu?" Nyonya Miranda melirik ke arah Carmina berdiri.

"Ini Carmina Ma, asisten pribadiku. Car.. ini Mamaku, Miranda Pillar" ucap Nikko mengenalkan Carmina pada mamanya.

Dengan canggung, Carmina mencium tangan Nyonya Miranda. Ia tersenyum setulus mungkin pada Mama-nya Nikko.

"Jadi ini yang sering kau ceritakan, Nikko?" tanya  Nyonya Miranda pada Nikko

Apa? dia sering menceritakan tentang aku pada ibunya? hal apa saja yang ia ceritakan? 

Nikko tidak tahu harus menjawab apa, dia hanya tersenyum pada ibunya.

Mencurigakan sekali, jangan-jangan dia menceritakan hal aneh-aneh mengenai aku.

"Carmina, apa anak tante ini sering menyusahkan? apakah makannya teratur? dia punya maag yang akut" tanya Nyonya Miranda pada Carmina.

"Sesekali tante... makannya teratur dan tidak pilih-pilih makanan" ucap Carmina.

Nyonya Miranda tersenyum "Terima kasih sudah ikut memperhatikan putra kesayanganku ini, kurasa pipinya semakin chubby, berbeda sekali saat terakhir kali bertemu di bulan lalu"

Miracle of NikkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang