Chapter 32

216 25 29
                                    

Carmina terbangun dari tidurnya. Ia lalu melihat jam dinding. Masih jam 2 dini hari. Carmina tidak bisa tidur dengan nyenyak, jantungnya terus berdebar-debar tak karuan, gelisah, panik, dan khawatir bercampur aduk. Carmina lalu pergi ke dapur, mengambil air putih dan meminumnya dengan tegukan cepat.

"Gak bisa tidur?" ucap Ayahnya yang membuat Carmina kaget setengah mati. Untung saja gelasnya sudah diletakan di atas meja, kalau tidak bisa pecah karena panik.

"Ayah... Aku kaget banget, aku pikir siapa" ucap Carmina.

"Mau menemani ayah ngobrol? Kita sudah lama sekali bukan tidak ngobrol secara langsung?" ucap Ayah

"Tentu saja ayah, mau Aku buatkan Teh hangat?" ucap Carmina.

"Boleh, bawa ke ruang TV ya" ucap ayah.

Carmina lalu membawakan ayahnya Teh Hangat dan beberapa toples kue kering untuk camilan.

"Ayah... Apa ayah mencintai ibu?" tanya Carmina.

"Kenapa kamu tanyakan hal itu? Tentu saja ayah mencintai ibumu" ucap Ayah.

"Lalu kenapa Ayah memilih bekerja yang jauh dari Ibu? Bukankah 2 orang yang saling mencintai harusnya bersama?" ucap Carmina.

"Cinta itu tidak sesempit itu sayang.. kamu tahu, saking luasnya cinta itu bisa menembus jarak, ruang, dan waktu. Jadi, jarak yang memisahkan Ayah dan Ibu bukan berarti memisahkan cinta kami. Ayah dan ibumu tetap saling mencintai, selalu" ucap Ayah.

"Tapi jarak bisa membuat seseorang berubah.. bahkan menjadi asing" ucap Carmina.

"Iya memang bisa seperti itu.. tapi itu tidak berlaku untuk ayah.. apakah kamu melihat ayah seperti orang asing saat ini?" Tanya Ayah.

Carmina lalu menggelengkan kepalanya.

Ayah tersenyum "Di dalam cinta itu ada kompromi.. setiap pasangan memiliki tingkat kompromi yang berbeda-beda. Ayah dan Ibu memiliki tingkat kompromi yang bisa dibilang tinggi. Sejak awal ibumu tahu bahwa ayah memang senang berlayar, menjadi pelaut sudah menjadi cita-cita ayah sejak kecil. Ibumu tahu konsekuensinya jika menikah dengan ayah, dan ayah juga tahu konsekuensinya jika menikah dengan ibumu. Ayah tak mungkin bisa membawa ibumu tinggal bersama ayah. Menjadi pelaut harus siap hidup berpindah-pindah, ayah tak ingin ibumu menderita. Jadi, karena kami saling mencintai, kami memutuskan untuk tinggal terpisah untuk sementara waktu. kami berkorban dengan takaran yang sama"

"Aku sering mendengar selentingan orang-orang julid di luar sana yang mengatakan bahwa ibu tak bisa jaga suami, mungkin suaminya sudah punya istri lagi di luar negeri, harusnya kemana suami pergi istri harus ikut" ucap Carmina.

Ayah tersenyum "Apakah suami-istri yang tinggal satu atap setiap hari akan menjamin tidak ada perselingkuhan?" tanya Ayah.

Carmina menggelengkan kepalanya.

"Jadi bukan masalah tinggal satu atap atau tidak, tapi bagaimana kompromi itu bermain, kesetiaan yang dipegang teguh, dan rasa cinta yang terus menyala" ucap Ayah.

"Apa ayah pernah sekali saja menghianati ibu?" tanya Carmina.

"Tidak, dan tidak akan pernah. Ayah sangat mencintai ibumu.. belum tentu ayah bisa menemukan istri sepengertian dan sesabar ibumu di luar sana... Ayah rasa kamu menuruni sifat ibumu, namun belum menemukan laki-laki yang tepat saja" ucap Ayah sambil membelai lembut rambut putrinya.

Carmina tersenyum "aku senang sekali ayah di sini, kata-kata bijak ayah selalu membuatku tenang"

"Kamu sudah jauh lebih dewasa dibanding terakhir kali kita bertemu.. dan ayah cemburu karena ayah bukan satu-satunya lagi laki-laki yang kamu cintai.. " ucap Ayah.

Miracle of NikkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang