Chapter 12

239 28 26
                                    

Nikko menyeruput kopinya. Menikmati sore di sebuah Coffee shop yang menghadap langsung ke danau. Nikko memilih meja di balkon lantai 2 dengan atap terbuka. Angin sore yang sejuk menerpa wajahnya, membuat Nikko merasa nyaman berlama-lama di Coffee Shop itu.

Nikko menunggu Isabel yang sepertinya datang terlambat. Isabel Pillar adalah sepupunya, anak dari paman Gary. Isabel bekerja di Pillar Group, perusahaan properti ayahnya. Sementara Nikko bekerja di Pillar Motors, perusahaan paman Gary. Mereka seperti anak yang tertukar.

Nikko memainkan ponselnya, melihat foto-fotonya bersama Carmina saat jogging di Taman Tengah Kota. Hingga sebuah suara mengejutkannya.

"Nikko..."

Nikko sangat mengenali suara itu. Suara lembut yang sangat ia rindukan. Nikko takut untuk mengangkat kepalanya, takut jika pandagannya bertemu dengan sumber suara yang ia rindukan.

"Bagaimana kabarmu?" ucap seseorang yang kini duduk di samping Nikko.

"Kamu memperalat Isabel agar bisa mengatur pertemuan ini?" ucap Nikko tanpa basa basi.

"Maafkan aku.. Billy tak mau membantuku jadi akhirnya Aku meminta bantuan Isabel" ucap perempuan bersuara lembut yang duduk di sampingnya.

Nikko berusaha mengendalikan emosinya. Berusaha bersikap setenang mungkin di depan Angelica Romero. Mantan kekasihnya yang telah meninggalkannya demi Luis Guzman.

"Kenapa kamu bersikeras untuk bertemu denganku? Bukankah kamu sudah bahagia dengan Luis-mu itu?" ucap Nikko dengan suara datar.

"Nikko.. aku ingin kita tetap berhubungan baik, walau pun kita tidak bersama lagi.. tapi aku ingin memperbaiki hubunganku denganmu" ucap Angelica.

Nikko tertawa hambar "hubungan katamu? kita sudah tidak punya hubungan apa pun, dan kamu yang mengakhirinya sepihak. Kamu harus ingat itu!" Nikko menekankan dengan suara agak tinggi.

Angelica mulai berkaca-kaca. Selama ia bersama Nikko dulu, ia tidak pernah mendengar Nikko berkata sinis dengan nada tinggi seperti itu. Nikko selalu memperlakukannya dengan sangat baik.

"Aku mengerti... Yasudah aku pergi saja" ucap Angelica dengan suara bergetar. Saat Angelica berdiri dari tempat duduknya dan hendak pergi, Nikko mencegahnya.

"Jangan pergi...kembali duduk di tempatmu! Maaf kalau aku meninggikan suaraku" ucap Nikko tanpa melihat ke arah Angelica.

Angelica kembali duduk di samping Nikko. Untuk beberapa menit, Nikko dan Angelica saling diam, sampai akhirnya Nikko memecahkan keheningan.

"Ada urusan apa kamu kembali? Apa kuliah S2-mu sudah selesai?" tanya Nikko dengan suara datar.

"Aku sedang mengumpulkan data-data untuk tesisku, mewawancarai beberapa informan ya seperti itulah.. oiya.. Aku senang akhirnya kamu mengambil S2" ucap Angelica.

"Orang yang terlihat santai belum tentu tidak ingin maju, dia punya cara sendiri untuk membuktikannya, kamu terbukti salah dalam menilaiku" ucap Nikko.

Angelica menunduk "Maafkan aku Nikko..sungguh aku minta maaf" ucap Angelica.

Nikko mengangkat kepalanya dan memberanikan diri menatap Angelica yang kini menunduk. "Apa butuh waktu hampir 2 tahun untuk mengucapkan kata maaf?" ucap Nikko dalam hatinya.

"Aku mendengar dari Billy dan Isabel, karirmu kini semakin baik, semakin bersemangat. Aku senang mendengarnya.. Aku ikut bahagia untukmu"

Nikko tak menanggapi perkataan Angelica..

"Kamu tahu bagian tersedih yang aku rasakan?" Angelica menghentikan kata-katanya sejenak "Saat aku melihatmu semakin maju, tapi itu terjadi di saat aku tak di sampingmu lagi"

Miracle of NikkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang