Chapter 37

276 25 37
                                    

Carmina menatap dirinya di cermin, melihat dirinya yang menyedihkan. Air matanya sudah mengering. Sudah cukup dia menangis semalaman, dia akan berusaha keras untuk tidak menangis lagi. Carmina memang sudah kalah, tapi dia harus terlihat kuat di depan Angelica dan Nikko yang mungkin sedang tertawa bahagia di tengah penderitaannya.

"Sudah cukup mereka mempermainkanku seperti ini.. aku memang sudah kalah, tapi aku tidak mau dikasihani oleh mereka. Aku harus kuat, aku harus tegar, Oh Tuhan.. berikanlah aku kemudahan untuk melewati masa sulit ini..." Carmina berusaha membesarkan hatinya.

Carmina lalu merias dirinya, menyamarkan mata sembabnya. Dia tidak mau teman-temannya di kantor mengetahui kondisinya yang sedang rapuh seperti ini. Dia akan berusaha bersikap senormal mungkin. Seolah tidak terjadi apa-apa.

Setelah selesai berhias, Carmina lalu pamit pada kedua orang tuanya. Ia mencium tangan kedua orang tuanya dan bersikap senormal mungkin.

"Ayah.. apa aku boleh bawa si Bongsor kesayangan Ayah ke kantor?" ucap Carmina.

Ayahnya Carmina menatap putrinya dengan perasaan heran "Ya boleh lah, tapi kok tumben mau bawa Jeep Mercy antik ayah? biasanya kamu lebih suka naik kendaraan umum"

Carmina tersenyum "Aku mau lebih mandiri, tidak mau menyusahkan orang lain"

"Kalau Nikko sudah pulang dari Jepang bagaimana? kan dia yang biasa anter jemput kamu" ucap Ayah.

Carmina tersenyum senormal mungkin "Aku berangkat dulu ya ayah, ibu"

"Yasudah hati-hati ya nak" ucap Ayah.

Jeep Mercy antik berwarna hitam milik Antonio Luna melaju meninggalkan rumah. Carmina mengendarainya dengan kecepatan sedang. Mulai hari ini Carmina akan membiasakan diri untuk lebih mandiri dan tidak tergantung oleh siapa pun.

***

Carmina sampai di ruang Tim Digital Marketing. Ia duduk di mejanya dan langsung bekerja seperti biasa. Dia menelusuri internet, mencari contoh surat pengajuan resign. Setelah menemukan contoh yang terbaik, akhirnya Carmina membuat surat resign untuk dirinya. Carmina sebenarnya merasa berat jika harus meninggalkan Pillar Motors, walau bagaimana pun perusahaan inilah yang membuatnya berkembang, membuat karirnya menjadi lebih baik, membuat masa depannya lebih cerah. Tapi Carmina mau tidak mau harus meninggalkan kenyamanannya di sini. Carmina tidak sanggup jika harus bertemu Nikko setiap hari. Sekuat apa pun dirinya, Carmina tidak akan sanggup bertemu Nikko.

Ivan baru datang ke ruang Tim Digital Marketing. Dia terkejut melihat Carmina bekerja seperti biasa di mejanya. Ivan fikir Carmina tidak akan masuk ke kantor. Ivan lalu menghampiri Carmina.

"Car... kamu baik-baik saja?" ucap Ivan yang merasa khawatir.

Carmina tersenyum "Seperti yang kamu lihat.. aku baik-baik saja kan Van?"

Ivan memperhatikan Carmina dengan seksama. Dia tidak yakin dengan pernyataan Carmina. Ya Carmina pasti berusaha untuk tegar walau pun sebenarnya dia rapuh.

"Van.. aku mau mengajukan resign.. tolong bantu aku ya untuk menyampaikannya pada Pak Gary Pillar" ucap Carmina.

"Car??? kenapa kamu harus resign? karirmu di sini akan berkembang pesat, apalagi kamu mendapat predikat karyawan terbaik tahun ini. Apa kamu tidak sayang dengan karirmu?" ucap Ivan tak menyangka dengan keputusan mendadak Carmina.

"Justru karena aku mendapat predikat karyawan terbaik, mungkin aku tidak akan kesulitan untuk mencari kerja lagi di luar sana. Aku juga masih muda dan statusku single" ucap Carmina.

Miracle of NikkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang