Chapter 48

279 29 83
                                    

Luis memperbaiki Jas hitam dan kerah kemeja putihnya. Dia sungguh gugup. Kini dia ada di depan pintu rumah mewah Isabel Pillar. Luis ragu-ragu untuk memencet bel rumahnya, saat dia hendak memencet bel, tiba-tiba pintu terbuka. Kedatangan Luis sudah terpantau CCTV, karena itu Isabel menelefon ART-nya untuk membukakan pintu.

"Silahkan masuk" ucap salah satu ART di rumah itu.

Luis diminta duduk di ruang tamu yang nuansanya serba putih. 

10 menit kemudian, Isabel datang dengan gaun sabrina berwarna biru muda.

"Kamu udah lama nunggu ya?" tanya Isabel.

"Euuhhh... gak juga... " ucap Luis yang terpana dengan kecantikan Isabel. 

"Papa dan Mama sedang ke luar kota, kalau ada di rumah pasti aku kenalin" ucap Isabel.

"Iyaa... mungkin lain kali aku bisa bertemu dengan mereka.. yuk kita berangkat" ajak Luis.

Saat sudah sampai di depan pintu. Luis memperhatikan deretan mobil mewah yang terparkir di rumah Isabel. Seketika Luis langsung merasa merinding.

"Bel... kamu beneran gak apa-apa naik mobil aku? mungkin kendaraan operasional untuk ART kamu ke pasar masih bagusan mobil itu dibandingkan mobil aku" ucap Luis.

"Apaan sih kamu kok ngomongnya gitu? pantesan selama ini laki-laki pada takut deketin aku, mungkin udah ngeri duluan ya sama apa yang dimiliki papa-ku" ucap Isabel.

Luis tersenyum "Wajar kok.. laki-laki yang deketin kamu takut gak bisa memenuhi standar kehidupan kamu, takut gak bisa membahagiakan kamu, makanya mereka mundur dengan teratur"

"Terus kamu kenapa nekat tetap ke sini?" tanya Isabel.

"Sebenarnya aku merinding tahu, pas masuk rumah kamu, tapi aku kan sudah janji sama kamu. Aku juga udah siapin baju ganti dan kotak P3K untuk antisipasi pulang acara babak belur" ucap Luis.

"Hahahahaha... kamu ini, segalak itu ya sepupu aku sama kamu?" ucap Isabel.

"Wajarlah kan aku pernah merebut kekasihnya, jadi di jidatku seperti sudah terpatri 'perebut kekasih orang' bagi Nikko" ucap Luis.

"Tapi kamu gak berencana merebut kekasih orang lagi kan?" tanya Isabel.

"Enggak kok, kita pergi berdua ke acara undangan ini juga gak ada yang marah kan?" tanya Luis.

Isabel menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kalau begitu biar aku yang marah aja kalau kamu jalan sama laki-laki lain" ucap Luis.

"Maksud kamu????" tanya Isabel.

Luis tersenyum "Kamu bakal marah gak kalau aku jalan sama perempuan lain? misalnya sama Angelica"

Isabel diam sejenak. Mencoba mencerna perkataan Luis.

"Ngapain kamu jalan sama Angelica? dia kan udah nyakitin kamu. Memangnya kamu mau balikan sama dia? yakin? dia udah nyakitin Nikko dan kamu loh, kalau kamu disakitin lagi saat dia sudah menemukan laki-laki yang lebih baik gimana??? aku gak rela kalau kamu balik sama dia" ucap Isabel yang terpancing hingga merasa kesal.

Luis malah tertawa kecil melihat kepanikan Isabel.

"Kok kamu malah ketawa?" ucap Isabel yang masih merasa kesal.

"Gak apa-apa.. itu artinya kamu marah kalau aku jalan sama perempuan lain. Yaudah mulai sekarang aku jalannya sama kamu aja ya.. kamu juga gitu.. jalannya sama aku aja, gimana?" ucap Luis sambil mengulurkan tangannya.

Isabel diam beberapa saat untuk berfikir.  Luis masih menunggu uluran tangannya disambut oleh Isabel.

Tak lama kemudian Isabel tersenyum lalu menyambut uluran tangan Luis.

Miracle of NikkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang