Chapter 3

303 31 1
                                    

Carmina membawa tas laptop dan tas berisi file presentasi untuk keperluan Meeting. Nikko berjalan cepat sekali. Carmina selalu tertinggal beberapa langkah di belakang. Saat sampai di ruang meeting Carmina buru-buru menyiapkan laptopnya. Membagikan file presentasi yang sudah di-print kepada orang-orang yang hadir di ruangan tersebut. Nikko memulai presentasinya. Carmina bisa melihat bahwa bos-nya itu memiliki kemampuan public speaking yang sangat baik. Berbeda sekali dengan Carmina yang selalu gemetaran ketika berbicara di depan umum. 

Setiap ada pembahasan penting, Carmina selalu mencatat atau mengetiknya di laptop. Sesekali Nikko melirik ke arah Carmina, mencoba memastikan kalau Carmina benar-benar melaksanakan tugasnya sebagai notulen. Semua peserta meeting bersalaman, tanda meeting telah selesai. Carmina lalu meneguk habis air putih yang sudah disediakan sejak dia datang. Nikko berjalan meninggalkan ruang meeting sambil mengobrol dengan Pak Rajasa. Carmina membuntuti mereka di belakang. Saat di depan lift Pak Rajasa berpamitan dengan Nikko. Sementara Carmina tak bergeming di tempatnya berdiri, tetap menjaga jarak  sekitar 2 meter di belakang Nikko.

Nikko mengangguk-angguk memberi isyarat agar Carmina menghampirinya. "Kamu kenapa jauh-jauh sih, kaya lagi musuhan aja". pintu lift terbuka dan mereka pun masuk. Nikko tak berkata apa pun selama di lift. Saat keluar dari lift Nikko menepuk pundak Carmina agar mengikutinya. Mereka pun masuk ke restoran dan duduk di kursi dekat jendela. 

"Kau di luar ekspektasiku" sahut Nikko.

"Maksudnya?" Carmina memasang muka tegang, takut ini pertanda buruk.

Nikko tersenyum "Aku kira kau perempuan manja yang gak bisa bekerja dengan gesit, tapi aku salah, kerjamu bagus dengan semua tugas yang serba mendadak ini" perkataan Nikko membuat Carmina merasa kesal.

"Terima kasih atas MOTIVASINYA" ucap Carmina dengan nada sarkastik. Carmina jadi tidak nafsu makan karena kesal dengan kata-kata Nikko yang meremehkan. "Baru 2x ketemu, tapi sok tahu kebangetan" ucap Carmina dalam hati.

"Apa kamu udah move on dari mantan kamu yang di Jepang itu" tanya Nikko sambil menatap wajah Carmina dengan perasaan ingin tahu yang tinggi.

Carmina langsung tersendak mendengar perkataan Nikko, hingga ia harus minum beberapa teguk unutk mengentikkan batuk-batuknya. Baru saja dia menyuap satu sendok makan sudah tersendak.

"Itu masalah pribadi aku tidak mau menjawabnya" ucap Carmina dengan nada ketus.

"Awas saja kau Ivan, dasar ember bocor. Masalah pribadi aku diceritain segala ke Nikko, Bikin aku terlihat menyedihkan saja. Sudah move on atau belum ya itu urusanku, tak seharusnya dibagi ke orang lain. ughhh." batin Carmina meradang.

"Yaudah kalau gak mau cerita sekarang gak apa-apa, kita akan banyak menghabiskan waktu bersama. Jadi aku harap kita bisa lebih mengenal satu sama lain dengan baik, karena itu fondasi yang baik untuk membangus sebuat tim yang solid" ucap Nikko dengan nada sedikit kecewa. Dia sebenarnya penasaran, kenapa Carmina dan pria brengsek yang merebut Angelica darinya bisa putus? andai Carmina masih bersama laki-laki itu, mungkin kini Angelica masih ada di pelukannya. 

Kembali ke kantor, Carmina lansung sibuk membuat laporan hasil meeting tadi. Beberapa kali Nikko melirik ke mejanya. Carmina bisa merasakan itu tapi dia cuek, pura-pura tidak menyadarinya. "Dasar bos kepo, Ibuku saja sangat menjaga perasaanku untuk tidak membahas Luis lagi, tapi dia yang baru ketemu 2x berani-beraninya ngebahas Luis di depanku, baiklah memangnya dia aja yang bisa kepo, aku juga bisa" gerutu Carmina dalam hati.

Pulang kerja, Carmina meminta Ivan mengantarkanya bertemu dengan Bella. Sebenarnya itu hanya alibi supaya Carmina bisa mengintrogasi Ivan dan Bella sekaligus. Sesampainya di Coffee Shop dekat dengan kantor E-Commerse tempat kerja Bella, tanpa basa basi Carmina langsung mengintrogasi Ivan dan Bella.

Miracle of NikkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang