Chapter 50

307 28 124
                                    

Carmina sungguh gugup, dia sedang dirias oleh MUA profesional. Bella mendampingi Carmina di ruang rias bersama Helena Luna. Ini adalah hari istimewa untuk Carmina. Hari pernikahannya bersama laki-laki yang terlahir untuk dirinya, laki-laki yang ditakdirkan untuk menjadi pasangan hidupnya. Carmina menggenggam erat tangan Bella untuk menahan rasa gugupnya. Antonio Luna masuk ke ruang rias Carmina. Ia sudah mengenakan pakaian kebesarannya sebagai seorang nahkoda kapal pesiar. Antonio memilih jas pelaut yang berwarna hitam dibandingan dengan yang berwarna putih. Dia ingin tampil kontras dengan Carmina yang mengenakan gaun berwarna putih gading.

 Dia ingin tampil kontras dengan Carmina yang mengenakan gaun berwarna putih gading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Antonio Luna tersenyum melihat putrinya yang sedang dirias. Selama ini memang ia hanya punya sedikit waktu dengan putrinya. Mungkin dalam 1 tahun ia hanya pulang ke Indonesia paling banyak 2 kali, bahkan dia pernah tidak pulang dalam waktu 2 tahun. Profesi menjadi nahkoda memang mengharuskannya untuk jauh dari keluarga. Dia sangat bersyukur karena memiliki istri dan putri yang sangat pengertian dengan profesinya. Mereka tak pernah menuntut Antonio untuk berhenti dari pekerjaannya, mereka selalu mendukung dan mendoakan Antonio agar selalu selamat selama berlayar. 

Hari ini Antonio Luna harus menyerahkan putri kesayangannya pada seorang laki-laki yang ia percaya dapat menjaga dan membahagiakan putrinya dengan baik. Waktu berjalan begitu cepat, tak disangka Carmina kecilnya yang selalu loncat kegirangan ketika dia pulang ke rumah kini akan menikah. Antonio Luna menitikkan air mata harunya, banyak hal yang dia lewatkan dari perkembangan Carmina dari tahun ke tahun. Antonio berharap ia bisa melaksanakan tugasnya dengan baik hari ini, yaitu mengantarkan Carmina ke gerbang pernikahan.

Di sisi lain, keluarga Nikko juga sedang berhias di kamar President Suite Hotel Pesona Panorama. Berbeda dengan ruang rias Carmina yang dipenuhi dengan suasana gugup dan haru, ruang Nikko suasanya lebih santai. Nikko bahkan tidak sedikit pun merasa gugup. Dia santai saja sambil ngereceh sana sini.

"Nik, semalem bisa tidur ga? dulu Kakak gelisah semalaman loh pas mau menikah dengan Mara" ucap Kak Carlo.

"Tidur nyenyak kok, ngapain gelisah segala sih kak? santai aja kan mau nikah, harusnya happy dong hehehehhe" ucap Nikko sambil menata rambutnya.

"Anak mama yang satu ini emang beda, dikira nikah itu main-main ya dibilang santai" ucap Marco Pillar.

"Gausah dibikin ribet Pa, dibikin enak aja.. Nanti Nikko tiap malam usaha deh biar Papa dan Mama cepet dapet cucu" ucap Nikko santai.

"Hahahahahaha...." kata-kata Nikko sontak membuat Mama, Papa, Kak Carlo, dan Kak Mara tertawa.

"Kamu ini Nik, kadang suka bikin mama gemes. Ingat pesan Mama ya, kamu harus setia. Mungkin nanti seiring dengan berjalannya waktu istri kamu tak secantik dulu, tapi dialah yang mendampingi setiap langkahmu, mengurusmu, mendukungmu, dan mencintaimu dengan tulus. Jangan pernah sedikit pun menghianatinya. Bahagiakan dia, perlakukan dia dengan baik, jangan pernah kasar baik dari kata-kata maupun perbuatanmu. Cintai istrimu dengan tulus, tanpa batas" ucap Miranda Pillar.

Miracle of NikkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang