Chapter 29

238 25 33
                                    

"Mungkin banyak harapan-harapan kita yang belum atau tidak terwujud di dunia nyata, tapi dengan menulis, kita bisa mewujudkan semua harapan yang terpendam, semua harapan yang tidak terwujud, semua harapan yang dimimpikan, semua harapan yang dicita-citakan. Sebagai JaDines, aku akan berusaha membuat kisah James dan Nadine yang happy ending, happily ever after, always" 

💜💜💜

Nikko dan Carmina baru selesai meeting dengan klien. Mereka bersiap menuju Blue Lounge. Billy, Ivan, Jerico, dan Narez sudah menunggu di sana. Nikko memesan satu ruangan khusus untuk Tim Siap Tempur. Ia ingin merayakan keberhasilan Tim bersama semua partner kerjanya. Nikko tak pernah menganggap Billy, Ivan, Jerico, Narez, dan Carmina sebagai anak buahnya. Nikko selalu menganggap mereka partner kerja yang sama-sama belajar dan bahu membahu menuju kesuksesan. Dengan memposisikan dirinya seperti itu, Nikko bisa lebih dekat dengan Tim-nya, namun ada saatnya juga Nikko bersikap tegas kepada teman-temannya.

Nikko tidak bersikap seperti Boss, tapi ia bersikap seperti Leader.  Dia selalu pasang badan jika Tim-nya melakukan kesalahannya. Dia tidak akan menyalahkan 1 atau 2 orang dalam Tim-nya untuk kesalahan Tim. Semuanya harus ditanggung bersama, dan dia yang bertanggung jawab kepada manajemen. Semua yang dilakukan Nikko dan Tim-nya bisa dibilang profesional. Masalah di pekerjaan tak pernah dibawa ke hubungan pertemanan. Ibaratnya, walaupun habis adu mulut sampai teriak-teriak soal pekerjaan, saat di luar pekerjaan Nikko dan Tim-nya hubungannya selalu baik.

"Sini tangannya...lantai 30 loh.. yakin berani?" ucap Nikko di depan pintu lift.

Carmina menyerah dan memberikan tangannya yang langsung digenggam erat oleh Nikko. Mereka bergandengan tangan lalu memasuki lift. Nikko tersenyum melihat raut wajah Carmina yang mulai panik. Lift itu dikelilingi oleh kaca transparan. Pemandangan lampu-lampu kota terlihat jelas dari dalam lift.

"Tenang aja.. kamu aman bersamaku... kamu lupa kekasihmu ini pemimpin Avengers?" ucap Nikko sambil terkekeh.

"Kalau lift ada masalah atau yang terparah jatuh Captain America bisa apa? harusnya kamu pilih jadi Iron Man, bisa terbang, bisa ngelas besi-baja, nah itu baru ada gunanya" ucap Carmina dengan ketus.

Nikko tertawa mendengar kata-kata Carmina "Aku bisa minta tolong Iron Man kali untuk nolong kita, kan aku Captain-nya?"

"Terserah kamu deh... iya aja biar cepet" ucap Carmina.

"Selama kamu bersamaku, kamu akan baik-baik saja, percayalah padaku" ucap Nikko meyakinkan.

"Aku hanya memberikan 50% kepercayaanku padamu.." ucap Carmina.

"Kok cuma 50% sih?" tanya Nikko.

"50% lagi kalau kamu sudah resmi jadi suamiku" ucap Carmina.

"Jadi kamu mau nikah sama aku nih?" goda Nikko.

"Kan aku bilang 'Kalau' belum tentu terjadi kan?" ucap Carmina.

"Bisa aja ngelesnya... aku tahu kamu cinta banget sama aku" ucap Nikko penuh percaya diri.

"Ih PD banget.. " ucap Carmina.

Pintu lift terbuka. Nikko dan Carmina tidak merubah posisi tangan mereka yang saling menggenggam hingga mereka masuk ke dalam Blue Lounge. Nikko menggandeng Carmina ke ruangan yang sudah ia pesan. Saat memasuki ruangan, semua mata tertuju pada Nikko dan Carmina. Jerico, Narez mencoba mencerna situasi ini.

"Capt bisa jelaskan soal itu?" ucap Narez seraya menunjuk ke arah tangan Nikko yang menggenggam tangan Carmina.

"Ayolah Capt mengaku saja" ucap Jerico tak mau kalah.

Miracle of NikkoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang