13. Hari Yang Buruk: 2

63 3 0
                                    

13.

"Nggak ngerti gue sama cewek, dia pengen sok dingertiin, tapi nggak bisa ngertiin juga," Rama yang baru saja cerita semuanya dengan Marsel, mendadak ucapannya sok bijak-yang padahal dia sendiri juga tidak bisa menghargai orang lain, apalagi dengan temannya sendiri.

Marsel yang sedaritadi mendengarkan celotehan Rama, hatinya ikut terbawa oleh waktu lalu-dimana ia juga melihat kekasihnya bersama dengan pria lain. Tetapi Marsel menggeleng cepat dan berusaha meyakinkan hati, bahwa gadis itu bukanlah kekasihnya, Valensya.

Di sudut kamar Caca, Marsel dan Rama memang sengaja bercerita untuk menghindari adanya Caca mendengar semua apa yang Rama tangkap tadi sebelum sampai di Condo ini.

Kalau Caca bisa tahu, mungkin Rama akan ditertawai-atau bahkan Rama akan diberi hadiah manis berupa catatan kecil yang Caca ocehan untuk Rama.

Melihat Caca yang tengah bermain ponsel, Rama bangkit dan disusul juga dengan Marsel. Kali ini Rama berusaha untuk meminta maaf kepada Caca, tetapi tunggu Marsel keluar dari kamar berukuran minimalis ini. Biar hatinya tenang, dan Marsel tidak mengetahui rahasia selama ini-Rama lebih dulu bungkam sebelum Marsel mengetahui semuanya.

"Ca, gimana, udah mau makan?" tanya Rama, yang sedaritadi hanya melihat Caca bermain gadgetnya dan mendiamkan makanan yang sudah dibeli oleh dirinya. Lantas Caca menggeleng dan membetulkan posisi duduknya, "Belum."

Rama tahu, mungkin saat ini Caca masih merasa kecewa terhadapnya dan tidak mau menunjukan ekspresi itu untuk Rama. Tetapi Rama bisa menebak dari Caca melihatnya hanya dengan meliriknya saja.

Marsel mengambil handuk kecil yang masih berada di dahi Caca, lalu menyimpannya di wadah. "Kalau lo sakit, bilang. Kalau nggak, nanti jadi kebiasaan. Jangan bersikap seolah-olah lo tuh hidup sendiri, gue sama Rama ada disini, Ca," katanya yang mengelus dahi Caca karena sisa-sisa air sedikit berbekas disana.

Sontak, Caca menoleh dan menatap Marsel lekat-lekat. Tiba-tiba tangannya memegang jantungnya yang tidak karuan rasanya. Ia tahu, maksud dari perkataan Marsel yang tidak ada maknanya untuk Marsel sendiri. Tetapi ia tahu, bahwa perkataan itu sukses menyindir hatinya-yang sampai sekarang masih memendam rasa untuk laki-laki itu.

Di samping Marsel, Rama mengernyit hebat. Pasalnya Rama sangat tahu ketika reaksi Caca sangat berbeda mengenai perkataan Marsel tadi. Apalagi perkataan Marsel seperti meminta jawaban, mengenai apa yang tengah Caca rasakan.

Ini sungguh aneh tapi nyata. Fakta tidak bisa merubah opini menjadi lebih indah, walau dalam kurun waktu yang rendah.

"Seseorang juga, punya ruang lingkup sendiri, kan Sel?" tegas Caca seling menyimpan ponselnya dan beralih menatap Marsel. "Hidup abu-abu gue lagi pengen hitam, dimana gue nggak mau berbagi cerita sama orang lain-walaupun sama kalian berdua sendiri."

Rama melirik Marsel sekilas, setelah itu ia bangkit dan mendudukan tubuhnya di samping Caca. "Gue tau lo kecewa sama gue, dan gue mau minta maaf sekarang sama lo," bisik Rama pelan, agar Marsel tidak mendengar ucapannya.

Caca menatap lurus, pandangannya tidak ingin bertemu dengan wajah Rama sedikitpun. Caca tahu, Rama sudah menghancurkan rasa kepercayaan Caca yang sudah begitu yakinnya.

Marsel sempat diam sejenak, setelah itu laki-laki ini bangkit dan menyambar Caca masuk kedalam tubuhnya. "Besok masuk sekolah ya, jangan dirumah terus, nanti aku kesepian. Nanti pulang sekolahnya kita makan, sama Rama juga."

Pelukan Marsel memang bisa menaklukkan hati Caca. Rasanya begitu tenang dan sangat nyaman. Tetapi Caca sadar, bahwa Marsel tidak lagi seorang diri-melainkan hatinya sudah terisi oleh nama gadis lain.

THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang