4.
Setelah Caca seharian mengirimkan surat izin ke sekolah, gadis ini masih bersikeras untuk melewati sebuah gudang yang membuat phobianya semakin memuncak.
Satu hari untuk izin pada sekolah membuat dirinya disibukan oleh tugas beserta catatan yang begitu menumpuk. Untungnya dengan baik hati Leni, Nindi dan juga Puma masih mau memberikan tugas beserta catatannya di grup via whatsapp.
"Lo beneran udah sehat Ca?" Leni—selaku teman sebangkunya—ia bertanya seolah-olah belum percaya akan Caca baik-baik saja.
Caca mengangguk seraya mengambil tangan Leni lalu menaruhnya di pipi tirusnya. "Nggak apa-apa kan? Gue tuh udah sehat betul Len," sahut Caca yang mengembalikan tangan Leni dengan mengambil buku catatannya.
Leni masih belum penuh percaya pada Caca. Ia masih bisa melihat dengan jelas, bahwa wajah pucat masih terlihat dari gadis itu.
Bukan Caca memang kalau tidak jago menyembunyikan sesuatu. Bahkan teman-teman sendiri sudah seratus persen tahu—dengan kelebihan Caca yang jago sekali berbohong.
"Eh Ca," dari kursi belakang, Puma menepuk punggung Caca dengan tidak kesabarannya. "Gue mau kasih tau info terbaru nih!" sambungnya yang mulai memberitau informasi baru.
Lantas, Caca menoleh ke belakang dengan membawa buku catatannya agar tidak tertinggal jauh lagi. "Apa? Gue saranin dulu nih ya, kalau bisa pagi-pagi tuh jangan gosip—nanti lo belajar jadi nggak konsen gara-gara itu!"
Puma—yang bernama asli Putrianda Kusuma itu mengerucutkan bibirnya ketika Caca memberikan pesan lebih dulu.
Belum satu-dua patah kata Puma sampaikan ke Caca, tapi gadis itu sudah memberi sedikit noticenya di awal pembicaraan Puma.
"Bukan gosip Ca, yaaa lebih tepatnya informasi penting bagi kaum awam yang penasaran juga sih," katanya dengan buru-buru membetulkan ucapannya.
Caca yang masih sibuk dengan menyalin catatan Leni, sesekali ia mendongak untuk menatap Puma berbicara. Menurutnya, seseorang yang tengah mengajaknya berbicara itu—matanya harus ditatap untuk bisa menghormati lawan bicara.
"Tadi, ada cewek yang nanyain Marsel, Ca!" selesai Puma memberikan informasi mengejutkan, Caca yang sibuk menyatat—tiba-tiba dikagetkan dengan informasi yang benar-benar menggiurkan.
Serius. Hati Caca mendadak bergetar hebat dengan napas yang tidak karuan. Barusan, apa yang dikatakan oleh Puma itu benar atau mungkin hanya mencari sensasi saja? Sial! Ini benar-benar membuat jantungnya berpacu cepat dari biasanya.
Dengan gerakan kilat, Caca menoleh ke arah tempat duduk Rama dan juga Marsel. Ia melihat gerakan Marsel yang tengah berbagi informasi dari ponselnya kepada Rama.
Kedua laki-laki itu tertawa dengan girangnya. Menjadikan pikiran Caca melayang entah kemana—dengan sebuah pertanyaan besar, yakni: siapa yang tengah mencari Marsel tadi?
"Serius?" mendadak jawaban Caca berubah ingin tahu dan penasaran dengan perkataan Puma selanjutnya.
Puma mengangguk seraya menunjukan kedua ibu jarinya, "Dua rius malahan, Ca!"
"Kayak apa ceweknya? Cantik banget nggak?" Caca mulai penasaran dengan informasi selanjutnya. Buru-buru ia menutup buku catatannya yang dibarengi dengan buku catatan milik Leni.
Puma memajukan wajahnya tepat berjarak dekat dengan wajah Caca. "Lumayan sih, yaaa wajahnya tuh nyaris blasteran kayak bule gitu," sungguh, Puma benar-benar membuat hatinya terjengkang. Caca kalah informasi penting—dimana Marsel tengah menggaet seorang gadis tanpa sepengetahuan dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
Hayran KurguSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...