3. Gudang Tua

97 5 3
                                    

3.

"Nggak papa kalau begini jadinya," gadis yang terus meneteskan bulir-bulir keringat, napasnya tidak karuan semenjak dia datang memasuki gudang bersama dengan peralatan kebersihan. Butuh napas panjang untuk bisa bertahan dalam ruangan yang dipenuhi barang-barang tidak terpakai lagi—seperti gudang tua ini.

Satu kelemahan yang bisa kalian tebak untuk gadis ini yaitu 'takut akan kegelapan dan ruangan sumpek, seperti mana gadis ini terus berkomat-kamit pada hatinya agar tidak ada seseorang yang akan menjahili dirinya.

Setelah membersihkan lantai beserta debu-debu yang menempel pada benda-benda unik, Caca mensejajarkan kedua kakinya dibawah manekin organ tubuh manusia.

Diluruskannya kedua kaki dan memijitnya pelan, ia merasakan ribuan angin tengah bertiup ke arahnya lalu membuat tubuhnya merasakan sensasi yang berbeda.

Dalam hati ia tidak boleh merasakan gugup ataupun takut—bahkan ia harus bisa melawan rasa itu agar sedemikian rupa hatinya akan bisa merasakan lega yang tiada terkiranya.

"Tadi kata mang Dudung apa ya, gue nggak boleh ngapain sih—ishhh pake lupa lagi!" Caca menggerutu pada dirinya yang tidak bisa mengingat apa yang dikatakan oleh mang Dudung—selaku penjaga sekolah, pemegang kunci-kunci penting dan juga bebersih ruangan.

Caca berusaha untuk mengingat apa kata mang Dudung tadi. Tapi pikirannya tidak bisa fokus dengan apa yang ia kabulkan dalam hatinya sekarang. Mendadak cahaya yang masuk dari luar ruangan menjadi gelap, buru-buru Caca bangkit dan menepikan barang-barang yang ia turunkan agar disimpan di tempatnya yang semula.

Butuh waktu lama ketika Caca menurunkan barang-barang ini lalu membersihkannya dengan kemoceng. Debu-debu yang berserakan membuat pernapasannya begitu menyempit—hingga rongga hidungnya merasakan panas yang tak terkira.

"Positif positif positif," Caca mulai bergumam pada dirinya untuk yakin dan tidak akan terjadi apa-apa. Mulutnya terus bercuap-cuap pada hatinya dan gerakan tangannya lebih ia cepatkan agar hukuman ini dapat selesai dengan baik.

Ketika genggaman pada tangan kiri Caca memegang sapu, tiba-tiba suara aneh mulai tertangkap pada telinganya. Pejaman mata mulai ia rapatkan dalam-dalam, berusaha untuk tidak mendengarkan bunyi tadi Caca hanya berbesar hati kalau tadi hanya ulah tikus ataupun angin biasa.

Semakin Caca mempercepat gerakannya, lagi lagi suara aneh mulai keluar. Caca yang sudah tidak tahan akan ini semua, ia mengambil peralatan kebersihan dan berjalan menuju keluar gudang.

Sebelum gadis ini benar-benar keluar, satu gerakan tangannya menekan knop pintu yang sudah terlihat usang. Bahkan warna karat dari besi tersebut sampai menempel pada telapak tangan Caca dengan sempurnanya. Hal yang paling mengejutkan bagi seorang Caca ialah; pintu ini tidak bisa terbuka dengan baik dan menimbulkan kesan menakutkan bagi dirinya.

"Kenapa jadi macet gini sih," kesalnya pada knop pintu yang tidak bisa di dorong keluar. Caca benar-benar tidak bisa tahan lagi dengan keadaan yang semakin mencekam. Sungguh, lebih baik Caca menawarkan diri untuk berlari mengitari lapangan 10 kali daripada harus membersihkan gudang tua seperti ini. Sial!

"Yang denger suara gue, tolongin buka pintu ini dong!" suara melengking Caca mulai berkoar paska pintu tua ini semakin menjadi. Keringat yang keluar begitu banyak, sesekali dadanya terasa amat sangat sesak dengan kepalanya yang terus berputar.

Caca takut akan gelap dan juga takut akan pintu yang tiba-tiba terkunci ataupun dikunci. Gadis ini memang tidak biasa mengunci pintunya dengan kemauan sendiri, melainkan ia semakin takut oleh pintu yang dikuncinya dari luar.

Sumpek, sesak dan begitu terasa terhimpit oleh kedua dinding yang saling berhadapan. Seolah-olah dinding itu ingin menghimpitnya dan membuatnya terpejam dengan keadaan sudah tidak bernyawa lagi.

THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang