30.
Tidak tahu kenapa rasanya bisa menjadi seperti ini. Mendadak seperti tahu bulat, padahal tidak ada angin dan tidak ada hujan juga—tiba-tiba jadi seperti ini dan benar-benar membuat kepala pusing bukan main. Siapa yang bakal mengira bahwa kejadian lalu bisa berbanding terbalik dan membuat hari-hari seperti dihadiahi oleh pelangi indah.
Sekarang, semuanya sudah berubah. Bukan dari perasaan apalagi soal kepribadian yang keseharian selalu sama, tetapi sikap yang berbeda. Aneh? Memang. Tidak tahu kenapa mendadak berubah dan menjadi lembut seperti kue lapis talas bogor.
Jujur, gadis yang terus berpikir penuh dengan apa yang kemarin terjadi—hatinya belum bisa tenang. Apalagi setelah dipertanyakan sesuatu dan membuat dirinya enggan untuk menjawab jujur. Siapa yang sangka, kalau waktu sudah mengubah semuanya. Sebetulnya, memang dari dulu yang gadis itu inginkan bukan?
Tetapi sekarang, benar-benar tidak bisa dipercaya walaupun dengan sekali gelengan kepala. Kadang tidak bisa masuk akal juga.
"Kalau kenyataannya, Marsel udah tau sama perasaan lo, gimana Ra?" seperti biasa, tidak lain dan tidak jauh juga, pada seseorang yang satu misi kepadanya—siapa lagi kalau bukan Danu.
Hari ini, sekolah tengah mengumumkan untuk acara yang akan diadakan satu pekan lagi. Tidak tahu apa yang akan diadakan lagi oleh para guru, untuk calon alumni SMA Atlantis nanti. Sepertinya akan seru ketika sebuah poster terpasang di mading sekolah. Antusias yang dihadirkan oleh siswa-siswi pun, sangat menunggu satu pekan nanti.
Sekarang Danu bersama Denira tengah mengobrol di podium lapangan basket. Asik berdua dengan pandangan menatap teman-teman yang lain, Denira menyeruput jus jambu begitu khidmat sehingga ia hampir tersedak oleh perkataan Danu tadi.
"Gue lagi males bahas gituan Nu, lo mah mulai rese deh!" oceh Denira yang mengambil hamburger di dekatnya. Danu yang melihat Denira begitu serius mengunyah daging ham yang ada diselipan kedua roti, ibu jarinya mengusap sudut bibir Denira karena ada saus disana. "Fokus sih fokus, tapi kalau makan yang betul donggg. Udah mau lulus, masih aja kayak anak teka..."
"Tuhhh kan! Emang rese banget lo ya, abis kena apa sih—tiba-tiba jadi begini, ishhh!" tetap mengoceh pada Danu. Tidak tahu kenapa mood gadis itu gampang sekali berubah-ubah. Mungkin lagi datang bulan. Kali.
Danu hanya terkekeh mendengar ocehan Denira. "Yaudah sih, biasa aja. Marah-marah mulu lo, lagi ada tamu yaaa?" terus saja menggoda, dengan akhirnya Denira mencubit pinggan Danu dan mengalihkan pandangannya kearah lain. "Iya iyaaa, sori elahhh. Yaudah, nanti pulang dari sekolah gue traktir lo nonton bioskop. Mau nggak?"
"Nggak sudi! Rayuan lo nggak mempan buat gue, kalau diajak nonton bioskop doang," cekal Denira yang terus menghabiskan hamburger. Seling memakan hamburger, Denira juga menghabiskan jus jambu yang berada ditangannya. "Udahhh ah, jangan gitu. Gue lagi makan nih..."
"Iya makan deh makan, sepuas lo. Tapi mau nggak sama traktiran gue—yaudahhh nih, gue tambahin, jadi makan juga di McD. Mau nggak?" Danu terus menambahkan tawarannya. Seperti Denira sedang mood untuk makan terus, sehingga Danu menawarkan untuk makan bersama juga.
Denira menatap Danu sinis, menyimpan jus jambu juga hamburgernya, hingga jarinya bisa mencubit lagi pinggang Danu. "Gue nggak mau gendut ya, gara-gara lo! Danuuu ah, males deh gue sama lo. Jauh-jauh sana!"
"Hahahaha, iyaudah iya enggak jadi. Abis nonton, kita belanja makanan aja, buat stok gue kalau main ke Condo lo. Gimanaaa?" tawar Danu lagi dengan mengubah perkataannya. Melihat ekspresi Denira seperti itu, Danu terkekeh geli. Tidak tahu kenapa, gadis itu benar-benar sangat lucu dan juga menggemaskan. Pipinya menggembung seperti balon tiup, kalau Danu bilang kepada Denira—pasti gadis itu akan marah kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
أدب الهواةSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...