34.
Semenjak kejadian beberapa jam tadi, gadis yang masih menutup matanya terlihat lusuh berbaring di tempat tidur kamar tamu, di kediaman Rama. Acara sudah selesai dengan yang lain membantu untuk membereskan semua yang ada.
Sekarang, hanya sosok laki-laki yang terus memegang tangan kurus seorang gadis yang tertidur tak luput juga dengan merapalkan doa, agar gadis itu baik-baik saja. Dokter sudah memeriksanya tadi yang sengaja dipanggil oleh Rama, untuk datang ke rumahnya.
Gadis itu masih belum mau membuka matanya. Dengan catatan jelas yang dokter berikan, gadis itu hanya kelelahan dan lupa makan karena asam lambungnya tiba-tiba meningkat—dan justru menghabiskan beberapa kaleng minuman soda. Alhasilnya pingsan dengan hidung mimisan, lalu jatuh kedalam kolam renang. Kondisinya pun semakin tidak memungkinkan, ketika laki-laki ini menolong gadis itu dan membawanya naik ke permukaan kolam.
"Pahhh, Caca minta maaf pahhh. Caca nggak salah pahhh, jangan kurung Caca disini pahhh," gadis itu bergurau pada tidurnya. Melihat mulutnya bergerak mengatakan sesuatu, laki-laki ini pun mengusap keningnya yang mengeluarkan banyak keringat. "Bangun Ra, ada gue disini..." gumamnya yang terus mengusap kening gadis itu.
"Caca nggak salah pah, maafin Caca..." terus saja bergumam, sampai laki-laki ini jengah mendengarnya. Ia sangat paham dengan kejadian masalalu gadis itu, dengan ketidaknyamanannya ada dirumah dan lebih memilih pergi berpisah bersama kedua orangtuanya.
"Sel, Denira kenapa lagi?" Rama masuk dengan membawa satu buah selimut berwarna biru, yang mungkin itu milik kakaknya. "Masih sama kayak dulu, selalu bilang jangan dikunciin dikamar mandi. Gue bingung Ram," balas Marsel yang sedari tadi menunggu Denira untuk membuka matanya.
Rama membentangkan selimut biru membungkus tubuh Denira. Melihat gadis itu menggigil berat karena terlalu lama berada dikolam renang, Rama jadi perih melihatnya. Yang awalnya Rama asik bermain bersama dengan kedua temannya, tiba-tiba mendengar teriakan dari salah seorang temannya meminta tolong.
Marsel yang masuk kedalam kolam renang untuk menolong Denira, lalu tidak perduli pada luka di kaki kanannya. Gadis yang tidak sadarkan diri disana, membuat hatinya seketika teriris karena lupa dengan beban yang ditampung oleh gadis itu.
Sudah lama ia tahu bahwa gadis itu menyimpan rasa untuk Marsel, sekalinya gadis itu tahu bahwa Marsel sudah mengetahuinya—mungkin gadis itu langsung kepikiran.
"Yaudah, gue cari bubur dulu ya sama Satrio. Si Reno lagi anterin Viona pulang, begitu juga sama Danu yang nganterin Leni pulang."
Marsel mengangguk pelan seraya menatap gadis itu lagi. Tangannya yang semakin kesini semakin dingin, ia mulai menggosoknya perlahan. Gadis ini butuh sekali kedua orangtua yang berada disisinya. Melihat wajahnya yang kurang perhatian dari orangtua, Marsel sudah berniat untuk menjaganya—tetapi selalu gagal.
Tidak tahu kenapa, gadis itu memang bersifat sendirian. Ketika dirinya sudah berjanji kepada gadis itu akan selalu menjaganya, tetapi satu meter dalam pengetahuannya pun tidak bisa ia lakukan dengan baik. Dulu Marsel selalu termakan ego oleh perempuan lain, tanpa memikirkan gadis ini. Dan sekarang, rasa menyesal mulai menggerogoti seluruh jiwanya.
Melihat perlahan-lahan gadis itu membuka kedua matanya, Marsel memajukan tubuhnya dan melihat gadis itu penuh sendu. "Raaa," Matanya sukses terbuka lebar, namun masih terlihat sangat lesu. "Marsel..." panggilnya terdengar lirih.
"Mau minum? Ayo gue bantuin bangun, pelan-pelan aja..." balas Marsel yang membantu Denira untuk bangun. Mengambil gelas yang sudah terisi air diatas nakas, lalu membantu Denira untuk minum. "Lo laper, Ra? Tapi tunggu ya, Rama lagi beli bubur dulu buat lo."
![](https://img.wattpad.com/cover/202333394-288-k325358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
FanficSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...