41.
Baginya, Jakarta itu, gudangnya rindu. Bahkan kalau sehari tidak ada di kota ini, mungkin sangat susah untuk dilupakan—karena dari kecil sudah dibesarkan di kota ini. Melihat pemandangan ibu kota Indonesia, sudah pantasnya ikut meramaikan ketika ada cara apapun yang diselenggarakan, dengan tanggal-tanggal tertentu.
Waktu dari ibu kota Paris Van Java seminggu yang lalu, memang tidak kalah menarik juga dari kota ini. Apalagi ketika berada di sebuah tempat, yang paling eksotik menurut orang-orang sekitar ketika liburan ke Bandung. Ah kalau diingat-ingat lagi, Bandung itu, kota seribu keajaiban yang gadis ini rangkum bersama seseorang.
Pagi ini begitu nikmat, duduk di balkon dengan hidangan oatmeal ditambah jus jambu merah, membuat matanya terpukau ketika melihat burung sedang hinggap diatas genting depan Condonya.
Tring.
Ponselnya berdering. Sebuah wallpaper dirinya dengan seseorang, menampilkan notifikasi pesan masuk dilayar kunci. Membacanya dengan seksama, lalu mengulas senyum.
< My September
Selamat pagi, kasihku!💕 | 07:25 AM
"Yaampun, sekarang rajin banget gini ya..." gumamnya dengan membuka kata sandi, lalu membalas pesan singkat nan berkesan tersebut sambil tersenyum lagi.
< My September
Selamat pagi, kasihku!💕 | 07:25 AM
Pagi juga, Acel!🦊 | 07:27 AM
Kok nggak ada love kayak aku? | 07:27 AMMalesss, wkwkwk. | 07:28 AM
Dih gitu. Yaudah, nanti aku samperin kesana harus dikasih love. Awas aja! | 07:29 AMEhhh, ngapain? Masih pagi. | 07:29 AM
Yaudah, agak siangan! | 07:30 AMNgambeknya lucu. Nggak usah kesini, nanti aja aku yang kesana. Yaaa? | 07:31 AM
Oke, deal! Te amo!💕 | 07:31 AMGadis ini menggeleng-gelengkan kepala, membaca kalimat pesan tadi membuatnya tertawa geli. "Dasar, kerdusnya ketularan sama Rama nih anak."
Seperti biasa, di pagi hari dengan kondisi sudah mandi karena memang pengen mandi ketika habis melaksanakan sholat wajib dua rakaat, gadis ini tak lupa juga untuk membersihkan kamarnya dan pergi santai di balkon untuk selanjutnya.
Baru pukul setengah delapan lewat, masih punya waktu untuk dirinya bersantai lebih lama lagi dan habis itu baru bergegas pergi. Tetapi kalau dipikir-pikir, waktu senggang ini membuatnya bosan karena hanya menikmatinya dengan sendirian seperti biasa.
Tring.
Ponselnya kembali menampilkan pesan, yang ia sendiri merutuki karena baru menyuapkan oatmeal ke dalam mulut, justru tertahan. "Ini anak kenapa nggak sabar gini sih, yaaa!"
Ketika berhasil mengambil ponselnya lagi, kedua pupil matanya sukses melebar dengan sebuah pesan yang ini lihat dilayar kuncinya. Membuka kata sandi dan menekan aplikasi pesan berbasis data, tiba-tiba jantungnya tidak bisa berdetak dengan normalnya.
"Ma-mamah," perkataannya gugup membaca si pengirim pesan disana. Tangannya ikut gemetar, ketika perasaannya labil itu membalas atau tidaknya. Kepalanya berputar, menebak sesuatu yang membuat mamahnya mengirimkan pesan seperti itu. "Ngapain minta ketemuan gini?"
< Mamah
Mamah tunggu dirumah, papah mau bicara sama kamu. Jangan telat ya. | 07:40 AM
"Gue ngomong sama Marsel, Rama aja kali ya, kalau..." berpikir sebelum mengirimkan pesan di grup terkhusus mereka bertiga, gadis ini semakin labil karena perasaannya tidak enak sedari tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/202333394-288-k325358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
FanfictionSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...