35.
Satu minggu kemudian. Setelah banyak cerita yang dimulai kembali dengan teori-teori indah, sudah saatnya kali ini mereka menikmati hari-hari kebersamaan. Reno sudah menyatakan cintanya kepada Viona, Denira sudah memberi kesempatan kepada Marsel, hanya tinggal Danu yang belum menyatakan cintanya kepada Leni.
Memang sudah saatnya moment bahagia dilaksanakan dengan baik. Kejadian lalu hanya sebuah lembaran yang usang, tidak perlu diingat apalagi direncanakan untuk mengulang dimasa depan. Sekarang saatnya Danu untuk bertindak kepada seorang gadis, yang sedari tadi ia tunggu di tempat ini.
Taman Ayodya.
Sengaja memilih untuk bertemu di taman dan mengungkapkan perasaannya kepada hati gadis itu. Ketika sedang bersiap-siap untuk menyerna kata-kata yang akan ia sampaikan nanti, ternyata gadis itu sudah datang.
Dari kejauhan, gadis itu sudah memberikan senyuman manisnya. Bagaimana tidak terpana melihat gadis itu ketika tersenyum, bahkan yang pertama kali membuatnya jatuh cinta adalah; senyumannya.
"Hai, Nu!" gadis itu menyapa Danu. Dengan senang hati ia menyunggingkan senyumannya serta mempersilahkan gadis itu duduk. "Tumben ngajakin ketemuan disini. Ada apa?"
"Lagi pengen disini aja, sama ada hal yang perlu gue sampaikan sama lo..." nada bicaranya mulai gugup, berusaha untuk tetap biasa saja dan mengambil napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa detik, hingga bibirnya mengulas senyuman lagi. "Mungkin ini terdengar agak aneh menurut lo, karena yang gue tau dan lo tau, kita sama-sama baru kenalan dan berteman dengan baik."
Gadis itu adalah Leni. Dengan pakaian formal ala perempuan kebanyakan, ia mulai mendengarkan Danu berbicara begitu serius, sampai-sampai posisi duduknya ia miringkan sedikit. Tidak tahu apa yang dikatakan laki-laki itu nantinya, jelas Leni akan tetap mengatakannya dan mendengarkan dengan seksama.
Melihat laki-laki itu sangat serius dalam pembicaraannya, tiba-tiba tangannya diraih oleh Danu dan di genggamnya begitu lembut. "Kalau seorang teman bisa jadi cinta, gue boleh nggak, jadi bagian dari hati lo?"
"Maksudnya gimana Nu?" tanya Leni yang terdengar membingungkan.
Danu menarik napasnya kembali dan menatap wajah Leni penuh serius. "Lo mau nggak, jadi pacar gue?" ucapnya dengan keberanian penuh.
Sekarang Danu sudah bisa percaya diri kepada gadis itu. Sejak dua tahun ia selalu bersembunyi, saat ini Danu sudah berani dan menyatakan cintanya kepada Leni.
Seorang gadis yang ia incar waktu pertama kali Masa Orientasi Sekolah, dan sampai saat ini. Ia ingat dengan cara gadis itu tersenyum untuk pertama kali, sejak itulah Danu memotret wajahnya dan menyimpannya didalam ponsel.
Awalnya memang Danu tidak berani untuk mengambil langkah besar seperti ini, tetapi karena cinta itu butuh diperjuangkan, Danu berusaha keras untuk mengejar gadis itu dan menyatakan cintanya setelah ia menunggu dua tahun lamanya.
"Nu, ini nggak bercanda kan?" tanya Leni yang membuat Danu bingung. "Bercanda? Maksudnya bercanda gimana... Ini gue seriusan Len," balas Danu memegang kedua pipi Leni.
Ternyata gadis itu tidak percaya dengan keberanian yang ia tunjukan kepadanya, sampai-sampai wajahnya terlihat bingung dan membuangnya asal. Apa ini terlalu cepat untuk dirinya mengatakan cinta? Harus berapa lama ia menunggu moment yang tepat dan sampai kapan lagi ia harus bertahan?
Gadis itu memalingkan wajahnya. Sebenarnya, apa yang salah dalam kalimatnya tadi? Apakah gadis itu sudah menyukai pria lain, dan ia sudah kalah seperti permasalahan yang lalu lalu? Kalau memang iya, seharusnya dari awal cinta ini tidak tumbuh begitu besar, dan lebih baik ia hanya tetap memendam—daripada menyatakan tetapi tidak ada jawaban.

KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
Fiksi PenggemarSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...