17.
"Nanti, kalian mau kemana. Kok sekarang, kalau ada apa-apa, jadi diem-diem gini?" Puma melihat Leni beserta Caca bergantian, seperti ingin menanyakan sesuatu yang belum Puma tahu. Tetapi, kedua gadis ini masih sama-sama diam dan belum juga menjawab pertanyaan dari Puma sendiri.
Di sampingnya, Nindi yang tengah aktif pada gadgetnya, senyumannya terus tak lepas pada setiap kedua ibu jari yang bertempur pada keyboard ponselnya.
Puma yang menyadari sesuatu, ia menepuk punggung Nindi pelan seraya menutup layar ponsel Nindi dengan telapak tangannya. "Lo kenapa sih, senyum-senyum sendiri gitu? Kesambet?"
Lantas Nindi menepis tangan Puma pelan, "Nggak, gue lagi seru aja lihat room-chat sama seseorang."
Puma menatapnya sinis seraya mengernyitkan dahi ketika Nindi berulah lagi. Tetapi, pertanyaan tadi masih ia tunggu ketika kedua gadis ini belum juga menjawabnya. Ia bingung, benar-benar bingung.
Bukannya menjawab, Caca malah melangkah pergi dari tempat duduknya menuju kursi belakang—dimana tempat favorit ketika ia tengah badmood. Selang itu, Caca mengambil sebuah headset lalu memutar lagu kesukaannya. Remember Me - Gummy.
Puma menatap Caca penuh kebingungan, lalu menatap Leni bergantian. "Lo berdua, sebenernya kenapa sih? Lagi ada masalah? Kenapa nggak mau cerita?"
Puma masih saja bertanya. Berisik bila didengar terus-menerus. Akhirnya, Leni mendengus pelan seraya mengikatnya rambutnya asal. "Gue sama Caca baik-baik aja. Lo tau kan, Caca gampang badmood sama sesuatu,"
"—Terutama sama persoalan ini, ketika orang yang Caca suka, perlahan ngedeketin gue..." lanjutnya berbisik dalam hati. Leni mendengus lagi, melirik sedikit kebelakang, ia pasrah melihat sikap Caca yang mendadak berubah kepadanya.
Disatu sisi, Caca yang dilontarkan pertanyaan seperti itu oleh Puma, ia lebih memilih untuk diam. Pasalnya Caca tidak mau masalah ini lebih rumit lagi. Apalagi setelah teman-temannya tahu, bahwa perlahan Marsel lagi tahap pendekatan dengan Leni.
Caca juga tidak mau, ketika teman-temannya tahu mengenai ini, nanti Leni bisa diacuhkan oleh mereka. Caca masih tahu diri. Masih tahu batasan juga terhadap apa yang sedang terjadi pada hatinya. Ia tidak boleh egois, apalagi terhadap di sekelilingnya. Tetapi ia masih bisa memendam untuk ini semua.
Tidak berani untuk mengungkapkan, tetapi dengan berusaha Caca akan bisa memendam ini semuanya. Menjauhi apa yang seharusnya tidak terjadi, dan Caca akan berdiri pada tekad yang sudah ia buat dalam niat yang sudah bulat.
Dan perlahan-lahan, semua murid memasuki ruang kelas. Istirahat telah berakhir. Tetapi Caca tidak menyadari keberadaan teman-teman kelasnya, yang sudah mengisi ruang kelas yang semula sedikit kosong.
Dengan kedua tangan ia lipat, Caca memejamkan matanya perlahan dan meraih mimpi yang belum ia capai juga. Tidur dalam kedua lubang telinga terpasang headset, Caca pun santai dalam lantunan lagu yang ia dengar.
🎬
Ternyata kelas sepi. Tidak ada guru yang masuk—dan menandakan bahwa kali ini memasuki jam kosong atau kerap bisa anak-anak SMA bilang; jamkos.Pantas Caca terlelap di kursi belakang, dimana tempat duduk Reno dan Satrio berada di depannya.
Ada yang sibuk bermain game online, dandan dandan cantik dan juga terlelap seperti apa yang dilakukan Caca sekarang. Terlebih lagi dengan barisan tempat duduk Caca dan juga tempat duduk Marsel. Kedua kubu ini nampak diam-diam saja, berbeda dengan barisan kiri mereka.
Terlihat dari sudut yang begitu dekat, Marsel terus menatap gerak-gerik Leni yang tengah memainkan ponselnya. Tatapannya begitu tak lepas ketika Rama berhasil menangkap manik mata Marsel.
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
FanfictionSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...